Selasa, 01 November 2016

Pengaman ruang dengan sensor



PENGAMAN RUANG DENGAN SENSOR

PEMANTAU  RUANG JARAK  JAUH
PASSIVE INFRARED BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52
(Albert Gifson)

Abstrak
Pada penelitian ini akan diuraikan tentang perancangan sistem pendeteksi pengaman ruang dengan menggunakan sensor Passive Infrared (PIR) Berbasis Mikrokontroler AT89S52 Secara Jarak Jauh. Output dari sensor Passive Infrared (PIR) pada alat, akan berlogika low jika belum menangkap adanya gelombang panas yang dideteksi dari tubuh manusia. Ketika sensor PIR mendeteksi adanya manusia, maka keluaran dari sensor yang dihubungkan dengan port1.7 pada Mikrokontroler akan berlogika high. Jarak maksimal yang mampu dideteksi oleh sensor adalah 5 meter. Pada saat sensor mendeteksi, maka Mikrokontroler yang sudah diprogram akan memproses data yang terdeteksi untuk memberikan perintah buzzer untukberbunyi dan motor stepper untuk berhenti. Mikrokontroler akan mengirim data ke-RS-232, kemudian interface RS-232 akan memberi sinyal pada telepon seluler yang dipasang pada alat,selanjutnya akan mengirimkan pesan ke telepon seluler pemilik, adapun pesan yang akandikirim terlebih dahulu sudah dibuat dengan bahasa pemograman dan selanjutnya disimpan didalam Mikrokontroler AT89S52. Rata-rata waktu pengiriman pesan selama 8,8 detik. Daritelepon seluler penerima pesan, pemilik dapat mematikan dan menghidupkan kembali sistemalarm dengan cara misscall.


Kata kunci : mikrokontroler, RS-232, sensor passive infrared (PIR)


1. Pemdahuluan
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kontrol yang sangat cepat saat ini, maka begitu cepat pula perkembangan alat-alat semikonduktor yang digunakan untuk sistem keamanan. Berbagai macam bentuk dan model alat pengaman yang sangat pesat ini didorong karena tingginya angka kejahatan    yang terjadi saat ini. Melihat sering terjadinya tindak kejahatan yang dilakukan oleh pencuri dengansasaran rumah-rumah penduduk baik yang sedang ditinggal oleh pemiliknya maupun tidak, membuat orang resah apabila hendak meninggalkan rumahnya tanpa berpenghuni.. 

Untuk  mengatasi masalah masalah  pencuri   memang   sudah  ada,   yaitu   dengan   memasang suatu sistem keamanan rumah dengan menggunakan berbagai macam bentuk, ada yang menggunakan kamera pemantau dan adapula yang menggunakan jenis pengaman yang lebih canggih lagi seperti automatic door  yang hanya dapat dibuka dengan kode atau password [1-2]. Penelitian sebelumnya antara lain oleh Suzuki [3]  tentang pemanfaatan Infrared detection untuk  jompo dan Bay [4] tentang pemanfaatan light Intensity detection untukmengontrolan ruangan secara otomatis  dengan bantuan mikrokontroller tidak menjaminkeamanan ruang atau rumah dapat terpantau jika pemilik rumah     tidak berada di dalam rumah.Pada Paper ini akan dibahas sistem keamanan rumah yang dapat dipantau kapan saja, dimanasaja meskipun pemilik rumah tidak berada di dalam rumah. Untuk itu sangatlah perlu membuatsuatu alat yang mampu mendeteksi  ruangan dengan sistem kendali jarak jauh menggunakan sensor Passive Infrared (PIR) berbasis Mikrokontroler AT89S52 yang nantinya diteruskankepada pemilik ruangan dengan ponsel



2. Metode penelitian
2.1. Perancangan Sistem serta cara kerja Pengaman Ruang
Dalam membuat suatu sistem ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana cara merancang sistem pengaman ruang dengan sensor PIR. Perancangan system alat ini menggunakan telepon seluler seba
gai sarana komunikasi pengiriman dan penerima data dari mikrokontroler. Blok rancangan alat diperlihatk
an pada Gambar 1.

Dari rancangan alat secara keseluruhan dari sistem pendeteksi manusia di dalam ruangan seperti ditunjukkan pada Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa PIR akan mendeteksi adanya pergerakan manusia di dalam suatu ruangan. Sensor akan berlogika high pada keluaran, jika mendeteksi adanya manusia dan jika tidak maka sensor akan belogika low pada keluarannya. Motor stepper akan bergerak terus sebelum mendapat perintah dari Mikrokontroler. Jika PR mendeteksi adanya manusia, secara otomatis akan mengirim sinyal high ke Mikrokontroler, kemudian 

Mikrokontroler akan memproses untuk memberikan perintah buzzer untuk berbunyi dan motor stepper untuk berhenti. Mikrokontroler akan mengirim data keRS-232, kemudian interface RS-232 akan memberi sinyal pada telepon seluler yang dipasang pada alat, selanjutnya akan mengirimkan pesan ke telepon seluler pemilik, dengan demikian pemilik rumah mengetahui adanya tindak kejahatan dirumahnya, sehingga dapat segera ditindak lanjuti untuk menghubungi pihak yang berwajib. Adapun rangkaian mikrokontroller berfungsi sebagai pengolah data dan menyimpan data pada RAM. Sebagai jantung rangkaian digunakan IC mikrokontroler AT89S52 seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Port 1.7 digunakan untuk mendeteksi keluaran sensor, jika terdeteksi adanya pencuri, maka secara otomatis akan mengirimkan sinyal high ke mikrokontroler. Port 3 digunakan sebagai input/output interface yang dihubungkan dengan RS-232. Mikrokontroler akan mengirim/menerima data ke RS-232 atau dari RS-232. interface RS-232 terhubung dengan socket DB9 female . 

Kegunaan DB9female untuk menghubungkan ke telepon seluler dengan menggunakan kabel data yang sudah tersedia untuk masing-masing tipe telepon seluler. Penggunaan kristal 11,0592 MHz didasarkan pada aplikasi komunikasi serial dengan komputer, sehingga dengan menggunakan kristal ini akan menghasilkan baudrate dengan kesalahan yang minimal. Untuk menjamin bahwa program dieksekusi dari awal maka mikrokontroler harus direset terlebih dahulu, namun jika reset secara manual tentunya merepotkan. Agar praktis maka dibuat reset secara otomatis saat pertama kali catu dayadihidupkan. Hal ini dilakukan oleh C dan R, umumnya disebut sebagai rangkaian power onreset dimana prinsipnya membangkitkan satu pulsa untuk reset dengan proses pengisian dan pengosongan kapasitor. Untuk berhubungan dengan telepon seluler digunakan pin TX dan RX melalui serial port RS-232 [5-6].Batasan sudut pendeteksian dan rangkaian sensor PIR KC7783R dapat dilihat pada Gambar 2. 

Pada Gambar 2 ini terlihat bahwa pada deerah normal sensor PIR belum digerakkan oleh motor stepper, dengan sudut pendeteksian sebesar 60 o. Ketika motor stepper sudah bekerja, lalu bergerak kekiri, didapatkan daerah gerak kiri sebagai daerah pendeteksian dari sensor PIR dengan sudut pendeteksian sebesar 60 O dan pada saat motor stepper bergerak kekanan, didapatkan daerah gerak kanan sebagai daerah pendetaksian dari sensor PIR dengan sudut pendeteksian sebesar 60 o. 

Dapat dianalisa pada saat sensor PIR belum digerakkan motor stepper sudut pendeteksiannya sebesar 60 o, sedangakan ketika digerakkan oleh motor stepper kekiri dan kekanan daerah pantauan menjadi luas dengan sudut pendetaksian menjadi sebesar 180 o. Rangkaian PIR KC7783R terdiri dari IC analog KC778B,dan Gambar 3 merupakan skematik diagram rangkaian


2.2 Flowchart Sistem Keseluruhan
Dalam perancangan software dibuat flowchart sebagai acuan dalam pembuatan listing program sehingga pada sub ini hanya dibahas mengenai flowchart saja sedangkan mengenailisting program digunakan bahasa pemograman Assembler untuk AT89S52. Setiap program mempunyai flowchart sebagai dasar pembuatan program, Gambar 4 adalah diagram alir system kerja secara keseluruhan.Pada perancangan perangkat lunak ini dapat dijelaskan seperti terlihat pada Gambar 4 flowchart sistem, hal yang dilakukan pertama kali adalah menginisialisasi, yaitu mengatur baudrate sebesar 19200 bps, matikan buzzer, hidupkan motor stepper, selanjutnya program akan mematikan sensor. 

Pertama program akan menanyakan “Apakah ada orang ?”, jika “YA” akan menghidupkan buzzer kemudian mengirimkan pesan selanjutnya program akan kembali menjalankan rutinitas ke kondisi awal, jika “TIDAK” akan menanyakan“Apakah ada misscall?”, jika “YA” data akan diambil kemudian program akan mematikan sistem alarm, jika “TIDAK”sistem akan terus mati sampai mendapatkan data “YA”. Dari sensor 1 akan menanyakan“Apakah sensor 1 terhalang?”, jika “YA” motor stepper akan bergerak ke kanan selanjutnya program akan kembali menjalankan rutinitas ke kondisi awal, jika “TIDAK” program akan menanyakan sensor 2. Program akan menanyakan sensor 2, “Apakah sensor 2  terhalang?”, jika “YA” motor stepper akan bergerak ke kiri selanjutnya program akan kembali menjalankan rutinitas ke kondisi awal, jika “TIDAK” program akan kembali ke kondisi awal



Gambar 4. Flowchart Sistem



3. Kesimpulan


Di jaman era modern sekarang ini juga perlu dikembangkan sistem pengaman ruang, salah satunya yaitu sistem pengaman ruang dengan menggunakan sensor. Sensor yang dipakai yaitu sensor panas. Sensor akan berlogika high jika mendeteksi adanya manusia. Motor stepper akan bergerak terus sebelum mendapat perintah dari Mikrokontroler. Jika PIR mendeteksi adanya manusia, secara otomatis akan mengirim sinyal high ke Mikrokontroler, kemudian Mikrokontroler akan memproses untuk memberikan perintah buzzer untuk berbunyi dan motor stepper untuk berhenti. Mikrokontroler akan mengirim data keRS-232, kemudian interface RS-232 akan memberi sinyal pada telepon seluler yang dipasang pada alat, selanjutnya akan mengirimkan pesan ke telepon seluler pemilik, dengan demikian pemilik rumah mengetahui adanya tindak kejahatan dirumahnya, sehingga dapat segera ditindak lanjuti untuk menghubungi pihak yang berwajib. Sehingga walaupun pemilik rumah meninggalkan rumahnya ia akan tetap merasa tenang. Selain itu alat ini juga lebih efisien karena langsung mengirimkan pesan ke pemilik rumah dan dapat langsung menelfon pihak yang berwajib. 


Jumat, 07 Oktober 2016

Tugas pengantar komputer dan Olah citra

CONTOH KUNCI KROMA SEDERHANA
       KUNCI KROMA ADALAH TEKNIK UNTUK MENGGABUNGKAN DUA GAMBAR ATAU
               BINGKAI (FRAME) DENGAN SEJUMLAH SUSUNAN (WARNA) DARI SATU
       GAMBAR DIHILANGKAN (ATAU DIBUAT TEMBUS PANDANG) AGAR GAMBAR LAIN
              YANG TERLETAK DI BELAKANG DAPAT TERLIHAT TEKNIK INI JUGA 
       DIKENAL DENGAN  SEBUTAN PENGGUBAHAN KUNCI KROMA  (COLOR KEY                                      COMPOSITING) LAYAR BIRU (BLUE SCREEN) DAN LAYAR  HIJAU 
(GREEN SCREEN).

Daftar Isi
1. SEJARAH ................................................................................................................... I
2. PROSES ...................................................................................................................... II
3. PEMAKAIAN ............................................................................................................. III
4. LATAR BELAKANG .................................................................................................. IV
5. REFRENSI ................................................................................................................... V

Sejarah
Dahulu teknologi untuk gambar bergerak (motion-pictures) dikenal dengan sebutan travelling matte. Proses ini digunakan hingga diperkenalkan teknologi baru yaitu digital compositing. Metode layar hijau di travelling matte dikembangkan pada tahun 1930 di RKO Radio Pictures, dan studio-studio lain, untuk kepentingan efek khusus (special effect) dalam pembuatan film The Thief of Baghdad (1940). Di RKO, Linwood Dunn menggunakan travelling matte untuk menciptakan wipes, yaitu transisi yang menyerupai pembersih kaca (wiper) di Mobil.
Penghargaan atas pengembangan layar hijau diberikan kepada Larry Butler, yang memenangkan Piala Oscar untuk kategori efek khusus dalam Film The Thief of Baghdad. Dia menciptakan teknik layar hijau dan travelling matte untuk menghasilkan efek visual yang belum pernah ada sebelumnya pada tahun 1940. Dia juga menjadi orang pertama yang menciptakan efek-efek special di Technicolor, yang pada saat itu baru saja dikembangkan.
Pada tahun 1950, pegawai studio Warner Brothers dan mantan peneliti riset Kodak, Arthur Widmer mulai mengerjakan proses travelling matte ultra violet. Dia juga mulai mengerjakan teknik layar hijau. Beberapa film yang pertama kali menggunakan Teknik ini adalah The Old Man and the Sea (1958), yang adaptasi dari novel karya Ernest Hemingway.

Proses
Proses syuting film Spiderwick Chronicles yang menggunakan efek kunci kroma

Proses pembuatan Video atau gambar menggunakan teknik kunci kroma adalah Subjek yang akan diambil gambarnya berdiri di depan latar belakang dengan satu warna, atau sedikit susunan warna. Warna yang biasa digunakan adalah Hijau atau Biru sebab warna-warna tersebut dianggap paling tidak menyerupai warna kulit. Porsi warna hijau atau biru di latar belakang akan digantikan dengan gambar lain. Proses ini dikenal sebagai keyingkeying out, atau sekadar key.
Saat ini warna hijau paling sering digunakan dibandingkan warna lain, sebab Sensor penerima gambar di kamera video digital paling sensitif dengan warna hijau. Hal ini sesuai dengan Bayer Pattern yang mengalokasikan lebih banyak Piksel ke saluran hijau, meniru sensitifitas Mata manusia yang meningkat terhadap cahaya hijau. Oleh karenanya, saluran kamera hijau mengalami lebih sedikit gangguan dan mampu memproduksi key paling jernih. Tambahan lagi, lebih sedikit Cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari warna hijau, dikarenakan sensitifitas warna hijau terhadap sensor gambar lebih tinggi. Warna hijau terang juga lebih difavoritkan sebab latar belakang biru bisa jadi menyerupai warna mata atau pakaian subjek.
Warna biru dulunya digunakan sebelum digital keying digunakan secara luas, sebab biru dibutuhkan untuk proses optikal, akan tetapi membutuhkan lebih banyak penyinaran daripada warna hijau. Meskipun demikian, warna biru memiliki keunggulan yaitu di dalam Spektrim visual, warna biru lebih jauh dari warna Merah, yang merupakan warna utama di kulit manusia. Faktor terpenting dalam key adalah pemisahan antara warna latar depan (subjek) dengan warna latar belakang (layar). Layar biru akan digunakan jika warna utama subjek adalah hijau (misalnya jika subjek berupa tumbuhan), meskipun kamera lebih sensitif terhadap warna hijau.
Dalam warna Televisi Analog, warna direpresentasikan dengan fase dari chroma subcarrier yang relatif dengan Osilator Rujukan. Kunci kroma dihasilkan dengan cara membandingkan fase video dengan fase yang berkoresponden dengan warna yang sebelumnya dipilih. Sebagian porsi video digantikan dengan video lain sebagai latar belakangnya.
Dalam warna Televisi Analog, gambar direpresentasikan dengan 3 nomor (merah, hijau, biru). Kunci kroma dihasilkan dengan perbandingan numerik sederhana antara video dengan warna yang telah dipilih sebelumnya. Jika warna pada suatu tempat di layar sesuai (persis, atau menyerupai), maka video di tempat tersebut akan digantikan dengan video latar belakang lain.

Pakaian
Teknologi ini biasa digunakan untuk siaran Berita cuaca, dimana presenternya terlihat berdiri di depan Peta yang besar. Padahal syuting sebenarnya dilakukan di Studio dan Presenter berdiri di depan latar belakang besar berwarna hijau (atau biru), kemudian peta cuaca ditambahkan ke gambar yang berwarna hijau tersebut. Jika pada saat syuting, presenter memakai baju berwarna hijau, maka bajunya akan ikut tergantikan dengan video peta besar yang ditampilkan sebagai background. Sistem ini berlaku juga untuk layar biru. Warna hijau dan biru pada layar digunakan dengan alasan warna-warna inilah yang paling tidak menyerupai warna kulit.
Teknologi ini juga digunakan di Industri Hiburan, untuk pembuatan film dan iklan. Contohnya adalah film Avatar (2010) garapan sutradara Hollywood, James Cameron. Di Indonesia, teknik layar hijau digunakan di iklan Mixagrip dan Tango Wafer Highland.
Subjek kunci kroma tidak boleh memakai pakaian dengan warna yang menyerupai warna kunci kroma (warna latar), sebab warna pakaian dapat digantikan dengan video latar belakang, kecuali jika disengaja demikian. Contoh penggunaan yang disengaja adalah ketika aktor memakai penutup badan berwarna hijau atau biru untuk membuatnya tak terlihat di shot akhir. Teknik ini dapat digunakan untuk menghasilkan efek yang serupa dengan efek jubah gaib yang digunakan di film Harry Potter. Si aktor dapat pula direkam berlawanan dengan latar belakang kunci kroma dan dimasukkan ke shot latar belakang dengan efek distorsi dengan tujuan menciptakan jubah yang secara halus dapat dideteksi. Masalah muncul ketika kostum yang digunakan harus berwana biru dan hijau. Misalnya, dalam film Spider-Man tahun 2002, adegan dimana Spider-Man dan Green Goblin bertarung di udara, Spider-man harus direkam di depan layar hijau sebab kostumnya berwarna biru dan merah. Sedangkan Green goblin harus direkam di layar biru, sebab Kostum yang dipakai sepenuhnya berwarna hijau. Jika keduanya direkam di depan layar yang sama, maka salah satu Karakter akan terhapus dari shot.




Latar Belakang
Demonstrasi pembuatan efek khusus dengan teknologi kroma key
Warna biru secara umum digunakan untuk peta cuaca dan efek khusus, sebab warna ini berkomplemen dengan warna kulit manusia. Penggunaan warna biru juga berkaitan dengan fakta bahwa lapisan Emulsi film biru memiliki Kristal paling jernih dan karenanya memiliki detail baik dan butiran minimal, dibandingkan dengan emulsi warna merah dan hijau. Meski demikian, dalam dunia Digital, warna hijau menjadi warna Favorit sebab Kamera Digital menyimpan lebih banyak detail di saluran hijau, dan warna hijau juga butuh lebih sedikit cahaya daripada warna biru. Hijau tak hanya memiliki nilai cahaya lebih tinggi dari biru, tetapi juga di dalam format digital awal, saluran hijau dijadikan contoh dua kali lebih sering dibanding saluran biru, membuat hijau lebih familiar digunakan. Pilihan warna sebenarnya tergantung pada seniman efek (effect artist) dan kebutuhan akan shot tertentu. Pada Dekade yang lalu, penggunaan hijau menjadi dominan di efek khusus film. Latar belakang hijau juga lebih disukai daripada biru jika syuting dilakukan di ruang terbuka, sebab langit biru bisa masuk ke dalam frame dan secara tidak sengaja ikut tergantikan di dalam proses kunci kroma.
Meski hijau dan biru adalah warna yang umum dipakai, namun sebenarnya hampir semua warna bisa digunakan. Ada kalanya layar Magenta digunakan, nilai warna magenta atau fuschia key disebut sebagai magic pink.
Seiring dengan perbaikan gambar dan peralatan, banyak perusahaan menghindari kebingungan yang sering dialami para presenter cuaca. Dahulu presenter cuaca harus menonton diri sendiri di Monitor untuk melihat gambar yang ditunjukkan di belakang mereka, kini gambar tipis diproyeksikan ke layar hijau/biru. Hal ini membuat para presenter mampu secara akurat menunjukkan sebuah tempat dan melihat peta tanpa harus memandangi monitor.
Teknik yang lebih baru adalah dengan menggunakan tirai retroreflektif (retroreflective curtain), di latar belakang, bersama dengan lingkaran LED (Light Emitting Diode) yang terang di sekitar Lensa kamera. Dengan cara ini, tidak perlu ada cahaya untuk menyinari latar belakang, selain LED yang hanya butuh sedikit tenaga dan tempat, tidak seperti lampu panggung yang besar. Selain itu LED juga tidak membutuhkan rigging (tempat pemasangan lampu). Kemajuan ini dimungkinkan dengan ditemukannya LED biru yang praktis pada tahun 1990-an. Hal yang sama berlaku untuk LED hijau emerald.

Ada pula bentuk color keying yang menggunakan spektrum cahaya tak kasat mata manusia, disebut Thermo-keyThermo Key menggunakan infra merah sebagai key color-nya, yang mana tidak dapat digantikan dengan gambar latar belakang pasca pengolahan.

Rabu, 25 Mei 2016

Rangkuman jurnal "Struktur penelitian ilmiah manajemen layanan sistem informasi"


KELOMPOK 4

Chandra Aditya
12114323
2KA42
Iqbal PS
15114409
2KA42

Sarah Adriani
           1A114026
2KA42
Apepullah
11114450
2KA42
M. Fairuz Syaukani
 17114196
2KA42
Fajri Kurniawan
13114896
2KA42
Raka Pabowo
18114849
2KA42
Bima Aqila
12114167
2KA42

STRUKTUR PENELITIAN ILMIAH
PENELITIAN ILMIAH
Penelitian ilmiah merupakan kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan.  Pengetahuan ini bisa berupa pengetahuan ilmiah, informasi untuk pengambilan keputusan, atau pengetahuan lainnya yang diperoleh untuk tujuan tertentu. Pembedaan yang dilakukan disini bertujuan untuk menjelaskan bahwa tidak smeua penelitian itu diarahkan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Penelitian ilmiah, dalam pembahasan kita ini, adalah penelitian yang mempergunakan metode ilmiah sebagai dasar kegiatannya.
Kegiatan penelitian ilmiah mencerminkan prosedur yang terkandung dalam metode ilmiah mencerminkan prosedur yang terkandung dalam metode ilmiah dalam memperoleh pengetahuannya. Dua bentuk dasar penelitian ilmiah yakni penellitian murni dan penelitian terapan. Penelitian murni bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru yang berupa konsep atau teori ilmiah. Prosedur yang digunakan dalam penelitian murni ini dinamakan “epistemology penemuan teori baru”. Penelitian terapan bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dengan mempergunakan teori ilmiah yang telah ditemukan sebagai acuan. Terdapat dua buah prosedur yang dapat dilakukan dalam penelitian terapan ini yakni “epistemology pemecahan masalah” dan “epistemology penemuan ilmiah “. Epistimologi pemecahan masalah  meletakkan konteks justifikasi didepan dan konteks penemuan dibelakang. Sebaliknya, epistemology penemuan ilmiah meletakan konteks penemua didepan dan konteks justifikasi di belakang.

Argumentasi untuk Pengembangan
Epistemologi Pemecahan Masalah
Epistemology untuk memperoleh pengetahuan yang berupa teori atau konsep baru hanya satu yakni epistemology penemuan teori baru. Penemuan teori atau konsep baru jarang dilakukan dalam penelitian akademik yang berbentuk skripsi, tesis atau disertai. Penelitian ini kebanyakan dilakukan oleh ilmuwan professional.
Penelitian akademik biasanya berorientasi pada penelitian terapan yang bertujuan memecahkan permasalahan praktis dengan mengacu kepada teori ilmiah yang relevan. Epistemology penemuan ilmiah dimulai dengan pengumpulan pengolahan data dan kesimpulan yang ditarik dari data ini kemudian diberikan justifikasi secara teoritis. Epistemology ini merupakan prosedur yang sering dilakukan dalam penelitian dinegara kita termasuk penelitian akademik. Kelebihan epistemology penemuan ilmiah ini adalah efektif untuk memperoleh penemuan baru.
Epistemology ini adalah cocok bagi peneliti professional yang tujuannya memangmemperoleh penemuan baru. Kekurangan epistemology ini tidak membentuk cara berpikir yang konsepsional, nalar, dan antisipatif. Dengan demikian terdapat kemungkinan bahwa teori ilmiah tidak berfungsi sebagaimana mestinya sebagai justifikasi teoritis yang memayungi kebeneran yang sesungguhnya.
Penelitian akademik biasanya dilakukan hanya sekali dengan publikasi secara terbatas. Kekeliuran yang mungkin terjadi sukar untuk dikoreksi dan akan menimbukan berkas yang mendalam bagi cara berpikir calon ilmuwan dikemudian hari. Persepsi yang keliru akan membentuk prototype “manusia expost facto” yakni manusia yang aru berpikir sesudah sesuatu terjadi dan bukan mengantisipasinya  sebelum hal itu terjadi. Sindrom ini sudah kelihatan dalam masyarakat kita yang cenderung untuk meributkan segala sesuatu sesudah suatu kejadian berlalu dan bukan sebelumnya.
Epistomologi pemecahan masalah adalah prosedur penelitian yang melakukan penalaran deduksi dalam pengajuan hipotesis seperti yang dilakukan dalam epistemology penemuan teori baru, artinya hipotesis dirumuskan berdasarkan argumentasi teoritis. Langkah-langkah dalam bentuk kegiatan penelitian yang dijabarkan akan merujuk kepada epistemology pemecahan masalah ini.

Bentuk penelitian dan metodenya
Bagi mereka yang akan melakukan penelitian terdapat sejumlah bentuk penelitian dengan  metode penelitian yang dapat dipilih. Bentuk penelitian ini dapat dipilih sesuai dengan tujuan penelitian.Sesuai dengan dua bentuk dasar penelitian yakni penelitian murni dan penelitian terapan beragam bentuk penelitian yang ada secara garis besar terkait dengan kedua hal tersebut. Penelitian murni bertujuan untuk oenemuan teori atau konsep keilmuwan baru sedangkan penellitian terapan bertujuan untuk memecahkan masalah dengan mengacu kepada teori-teori ilmiah yang relevan.
            Bentuk penelitian yang dapat digunakan untuk pengembangan teri baru antara lain adalah metode eksperimen,deduksi postulasional, induksi empiris dan grounded research. Penamaan keempat metode penelitian hanya untuk menunjukan titik awal kegiatan pengembangan teori baru.  Induksi empiris biasa dilakukan dalam penelitian kualitatif namun dalam penyusunannya teori selanjutnya akan mempergunakan deduksi. Deuksi postulasional mempergunakan premis yang mungkin merupakan hasil induksi empiris . Metode eksperimen dalam menyusun teri baru yang ditemukannya juga akan mempergunakan deduksi postulasional. Emikian juga penelitian kualitatf yang mengembangkan teri baru berawal dari induksi empiris yang kesimpulannya dipergunakan sebagai premis dalam deduksi untuk menyusun teori substantifnya. Semua bentuk penelitian ini pada hakikatnya tetap mengacu kepada metode ilmiah dengan asas logico-hypothetico-verifikatif.
            Penelitian semacam ini secara epistemology tidak terlalu sukar untuk dilakukan. Kita terpaksa mempergunakan teori-teori ilmu sosial yang belum tentu cocok dengan kondisi realitas negara kita karena penelitian dasar mengenai hal ini belum banyak dilakukan.
Penggolongan bentuk penelitian ini dapat dilakukan berdasarkan unit analisis yang dipergunakan dalam penelitian. Kategori pertama adalah penelitian yang unit analisisnya adalah idea atau teori yang telah ada. Penelitian yang unit analisisnya adalah idea atau teori dinamakan penelitian teoritik. Kita dapat melakukan penelitian teoritik dengan metode penelitian kepustakaan. Melalu kegiatan penalaran kita mampu menemukan sesuatu yang baru dari proporsi-proporsi yang telah ada. Kesimpulan penelitian teoretik ini yang biasanya merupakan sintesi dari teri-teori sebelumnya sifatnya bersifat hipotesis.
            Kategori kedua adalah penelitian yang unit analisisnya adalah fakta. Fakta yang dimaksud berada didunia empiric dan oleh sebab itu penelitian ini dinamakan penelitian empiric. Penelitian empirik ini kadang disebut sebagai kepustakaan. Penelitian empirik ini dapat dibagi lagi ke dalam tiga kelompok yakni penelitian eksploratoris, penelitian pengujian hipotesis dan pengembangan teori substansif. Penelitian eksploratoris sesuai dengan namanya bertujuan melakukan eskplorasi terhadap suatu objek penelitian dengan pendekatan yang bersifat deskriptif. Metode yang dapat dipergunakan untuk penelitian eksploratoris ini antara lain adalah studi kasus, survey deskriptif, metode kualitatif idiografis dan content analysis.
            Untuk menguji hipotesis yang kita temukan dalam penelitian eksploratoris seperti “hubungan antara tingkat pendidikan dengan besar penghasilan” maka metode penelitian survey dapat di pergunakan . survei ini merupakan metode yang sangat banyak digunakan dalam ilmu-ilmu sosial baik untuk kegiatan keilmuwan maupun pengambilan keputusan.
            Bentuk penelitian pengujian hipotesis dipergunakan jika kita mempunyai gagasan yang ingin kita buktikan atau kita ujikan kebenerannya.  Untuk itu kita akan mengadakan eksperimen dengan memberikan mata pelajaran filsafat ilmu selama satu semester utum menguji efektivitasnya. Satu hal yang mesti diketahui bahwa untuk penelitian akademik yang mengutamakan penalaran maka bobot materi yang dicobakan harus setara. Artinya, kita tidak membandingkan antara kelompok yang diberikan mata pelajaran filsafat ilmu dengan kelompok yang tidak sebab menurut penalaran kelompok pertama jelas diuntungkan.
            Eksperimen yang lain yang berharga dijadikan penelitian akademik adalah action research. Dalam literature action research ini banyak ragamnya sehingga kadang-kadang ada action research uang banyak action nya tetapi kurang researchnya . untuk kegiatan akademik disarankan untuk memilih action research dengan konsep atau teori yang sudah jelas.
            Cara menilai efektivitas penerapan dalam action research adalah dengan jalan membandingkan kondisi pengambilan keputusan sebelum MIS diterapkan dengan sesudah MIS diterapkan.  Action research merupakan penelitian yang dampaknya terlihat dengan nyata sebab penelitian ini merupakan invasi konseptual terhadap sebuah sistem kelembagaan yang memungkinkan terjadinya perubahan secara permanen.
            Variasi lain dari eksperimen adalah penelitian espost facto. Penelitian expost facto ini dilakukan setelah suatu kejadian besar terjadi umpamanya sesudah banjir melanda sebuah kota. Kejadian banjir ini secara konseptual dapat kita anggap sebagai perlakuan meskipun yang melakukannya bukan peneliti melainkan alam. Analisis yang lebih dramatis dapat dilakukan setelah gempa besar menerpa di mana manusia bisa kehilangan segalanya. Atau lebih dahsyat lagi, terjadinya tsunami yang jarang terjadinya namun dampaknya sangat lluar biasa.
            Bentuk lain dari penelitian adalah meta-anallisis yang unit analisisnya adalah data sekonder. Data sekonder adalah data yang diambil dari publikasi orang lain. Jadi meta-analisi ini termasuk ke dalam penelitian kepustakaan engan mempergunakan metode penelitian meta-analisis. Penelitian ini mencoba menganilisis kembali bermacam-macam hasil penelitian didekati dari sudut pendekatan tertentu dan mencoba menemukan pola baru. Katakanlah kita menganalisis besarnya koefisien korelasi antara tingkat bunuh diri dengan tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai negara. Kalau data ini kita analisis maka mungkin kita mendapatkan kesimpulan bahwa “semakin sejahtera sebuah negara semakin kecil tingkat bunuh diri” atau mungkin sebaliknya. Kita juga mungkin hanya mengambil data mengenai tingkat bunuh diri saja yang kemudian kita hubungkan dengan variabel lain yang datanya kita ambil dari sumber sekonder yang lain. Katakanlah kita mempunyai hipotesis bahwa tingkat bunuh diri bukan saja disebabkan oleh tingkat kesejahteraan masyarakat namun juga oleh adanya perlakuan masyarakat terhadap perilaku yang menyimpang.
            Pembahasan mengenai ragam penelitian ini bukan dimaksudkan untuk mengalisis secara substansial bentuk-bentuk penelitian yang ada, melainkan memberikan gambaran secara garis besar yang memungkinkan peneliti untuk memilih bentuk penelitian yang disukai, dan mempelajarinya lebih dalam dari sumber yang lebih kompeten.
Struktur dan proses penelitian ilmiah
            Sebuah perusahaan sepatu melakukan survey pemasaran di suatu daerah terpencil dengan mengirimkan dua orang peneliti. Penelitian pertama melaporkan hasil penelitiannya dengan menyatakan bahwa semua orang ditempat itu tidak memakai sepatu dan  oleh sebab itu dia menyarankan untuk tidak memasarkan sepatu didaerah itu karena permintaannya hal yang serupa habwa didaerah itu permintaan dapat diciptakan. Untuk dia mempergunakan berbagai teori ilmiah untuk mengembangkan rencana bagaimana caranya menciptakan permintaan terhaap sepatu didaerah itu.
            Struktur penellitian yang akan dibahas disini diperuntukan bagi peneliti tipe kedua yakni ilmuwan yang berbekal pengetahuan ilmiah dan epistemology ilmu mencoba memecahkan masalah yang dihadapi secara konsepsional dan teruji. Teori keilmuwan berfungsi untuk mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengontrol gejala alam. 
            Epistemologi yang akan dipergunakan alam pembahasan kita adalah epistemology pemecahan masalah dengan konteks justifikasi didahulukan yang diikuti konteks penemuan. Dalam epistemology pemecahan masalah  teori dipergunakan sebagai justifikasi bagi perumusan hipotesis sedangkan dalam epistemology penemuan ilmiah teori dipergunakan sebagai justifikasi bagi kesimpulan yang ditarik dari data empiric . kelebihan dari epistemology pemecahan masalah adalah membentuk kemampuan dalam berpikir secara konsepsual.
            Sering terdapat salah paham bahwa kajian PUSTAKA adalah sama dengan konteks justifikasi. Hal itu adalah tidak benar sebab kajian PUSTAKA hanyalah sumber referensi teoritis dan bukan justifikasi. Konteks justifikasi adalah argumentasi yang dibangun dengan mempergunakan premis yang diambil dari kajian PUSTAKA yang berfungsi untuk menjelaskan temuan penelitian.
            Dalam epistemologi penemuan ilmiah dimana justifikasi dilakukan setelah pengumpulan dan pengolahan data. Teori kadang terkesan dicari cari untuk membenarkan kesimpulan penarikan data. Hal ini mungkin terjadi dalam epistemologi pemecahan masalah. Sebaliknya, jika hipotesis ditolak oleh data maka kita tidak begitu saja membenarkan hal itu melainkan kembali berpikir dengan melakukan evaluasi kritis terhadap pelaksanaan penelitian.
            Kegiatan penelitian merupakan operasionalisasi dan metode ilmiah. Seperti diketahui metode ilmiah merupakan gabungan dari berpikir deduksi dan induksi dengan jembatan hipotesis. Struktur penelitian ilmiah dan proses penelitian ilmiah yang merupakan penjabaran dari metode ilmiah ini dapat dilihat dalam bagan 2-2 dan bagan 2-3. Bagan ini akan memandu pikiran kita dalam melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian seperti ini sangat berharga dari segi keilmuan, sebab peniliti harus memperbaiki kekeliruan ini umpamanya menyusun kembali instrumen yang ternyata tidak sempurna. 

            Kegiatan penelitian yang menekankan pada penalaran dan proses belajar ini akan tampak pada bentuk perumusan masalah dan bentuk metode Analisis data. Walaupun begitu teknik Analisis mulivariat sangat berguna dalam penelitian ilmu ilmu sosial dan teknik ini yang akan digunakan dalam analisi penelitian. Demikian juga dengan penarikan kesimpulan berdasarkan teknik analisi korelasi. Sekiranya kita mempunyai argumentasi yang kuat mengenai sifat hubungan 2 buah variabel. 

Pengajuan masalah 
Proses kegiatan ilmiah menurut ritchie Calder dimulai Ketika manusia mengamati sesuatu. Tentu saja tidak semua yang kita amati mendorong proses kegiatan ilmiah. Terdapat teknik Analisis statiska yang dapat mengidentifikasikan dan menyimpulkan kausalitas antarvariabel penelitian . Sering kita melihat mahasiswa menyusun variabel peneliatannya " secara tempel koyo " dengan variabel satu digabung gabungkan dengan variabel lainnya tanpa mempunyai perspektif pandangan sedikitpun tentang " mengapa dan bagaimana " variabel variabel itu terkait.
Pembatasan masalah merupakan keharusan dalam penelitian akademik sebab dalam hal ini berlaku kriteria bukan kuantitas jawaban yang dipentingkan melainkan kualitasnya. 
Dalam penelitian akademik maka semua pikiran yang ada dalam benak kita dan semua pernyataan yang terkandung dalam laporan penelitian kita. Kaidah moral dalam penelitian akademik adalah bahwa apa yang kita tulis dan apa yang kita ucapkan harus dipertanggungjawabkan baik secara teoritik maupun secara factual. 
Penelitian yang baik adalah penelitian yang seimbang dalam pemilihan masalah antara variabel konsepsional yang membutuhkan instrumen yang harus kita bikin sendiri dengan variabel yang datanya mudah didapat. Penelitian yang baik mempunyai satu variabel yang menonjol yang bersifat orisinal (artinya jarang dipergunakan orang dalam penelitian ) dan merupakan titik awal dari Pengajuan masalah penelitian baik selaku enteseden maupun preseden. Itulah sebabnya sesudah perumusan masalah lengkah selanjutnya adalah mengemukakan kegunaan penelitian.

Naan ekonomi ( economic utility ) berupa keguaan bentuk ( form utility ), keguanaan tempat ( space utility ), keguaan waktu ( time utililty ), dan keguaan pertukaran ( exchange utility ). Perubahan input menjadioutput ini merupakan proses yang berdifat produktif yang memerlukan sumber daya ekonomi yakni man,money,material and method. Jadi pemecahan masalah pendidikan, menurut berfikir system, harus diselesasikan dengan melibatkan semua unsure tersebut ykni murid (input), tenaga terdidik ( output ) dan instrumental input yang berupa guru (man), biaya pendidikan (money), prasarana dan sarana pendidikan (material), serta kurikulum (method). Sebagai contoh jika tujuan kita ingin menghasilkan lulusan yang lebih baik maka secara sistemik kita harus membikin system pendidikan yang lebih efektif. Secara aksiologis sepeti sudah kita singgung sebelumnya system nilai yang dianut oleh berfikir system adalah keteraturan (order). Bagi kegiatan ilmiah nilai moral yang dianut adalah kemanfaatan bagi manusia tanpa terlalu menghiraukan apakah pemecahan maslah keilmuan secara atomistic (sektoral) itu membuahkan ekses seperti kemacetan dan kesemerawutan.
Pengembangan berfikir system
   Berfikir menurut konsep system, atau berfikir system (sistematik), secara historis mempunyai sejarah yang tua sekali, yang menurut Van Court Hare, sudah dimulai dengan pembangunan piramida. Walaupun demikian konsep system yang modern sebagaimana kita kenal dalam bentuknya sekarang ini. Paradigm merupakan konsep dasar yang dianut dan diamalkan oleh suatu komunitas tertentu dalam periode tertentu dalam periode tertentu pula. Konsep ini merupakan cara yang berbeda dengan caea non system umpamanya dengan cara berfikir secara atomistic yang dialakukan dalam berfikir ilmiah. Seperti juga produk ilmiah lainnya konsep system merupakan akumulasi dan berbagai pemikiran ilmiah sebelumnya. Idea kontemporer mengenai konsep system dicetuskan oleh Ludwing Von Bertalanffy dalam sebuah seminar filsafat untuk menghormati Charles Morris di University Of Chicago dalam tahun 1937. Perang dunia II mengembangkan penerapan konsep system yang disebut operasi riset (operations research). Penerapan metode ilmiah dalam bidang ini sebenarnya bukan hal yang baru dan telah dirintis sejak tahun 1911 oleh Taylor dan pionir-pionir Scientific Management. Operasi riset secara historis merupakan penemuan yang telah memluali kegiatannya sekitar tahun 1939. Seyelah itu pengembangan system beralih ke amerika serikat dan dalam tahun 1950 RAND Corporation melaukan modifikasi operasi riset menjadi system analiisis. Tujuan operasi riset adalah mencari pemecahan optimal suatu hal yang tidak mungkin dilakukan dalam bidang-bidang tersebut di atas. Operasi riset menganggap bahwa kombinasi dari variable-variabel adalah tak terbatas dan tujuannya adlah mencari kombinasi yang optimal.  Karena fungsinya yang berbeda maka operasi riset dan system analisis mempergunakan teknik-teknik yang berbeda pula. Sedangkan system analisis mempergunakan cost-benefit dan cost-effectivenesstechnique. Walapun begitu konsep PPBS baru dapat disemprnakan setelah pengembangan system analisis. Pada tahun 1954 fredectice C. Mosher menulis buku program budgeting : Theory and Practice dengan contoh penerapan di angkatan udara. Sesudah itu PPBS diterapkan di berbagai Negara termasuk diindonesia. Program (departemen terkait) dan penentuan anggaran (department keuangan) dalam sebuah system yang terpadu.
Umumnya kita menggunakan pernyataan orang lain dalam tulisan kita, hal itu merupakan kutipan langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan pernyataan orang lain dalam susunan kalimat asli nya. Sedangkan kutipan tidak langsung merupakan pernyataan orang lain yang sudah sedikit diubah dengan kalimat sendiri. Seorang ilmuwan harus mampu menyatakan pendapat orang lain menggunakan bahasa nya sendiri. Sebab karya ilmiah yang baik tidak akan dipenuhi dengan kutipan langsung karena tidak mencerminkan kepribadian penulis. Sebaiknya identitas kutipan langsung tidak lebih 30% dari seluruh kutipan yang ada. Semua kutipan biasanya diterjemahkan kedalam bahasa pengantar yang dipakai, terkecuali pernyataan yang khas sebaiknya dikutip dalam bahasa asli disertai terjemahannya.
Kutipan langsung kadang memang diperlukan untuk mempertahankan keaslian pernyataan tersebut. Gabungan dari kutipan langsung dan tidak langsung sering digunakan untuk memadukan gaya penulisan seseorang dengan pernyataan asli orang lain. Kutipan langsung yang kurang dari empat baris ditaruh dalam tubuh tulisan dengan diapit tanda kutip (“). Untuk kutipan langsung yang terdiri empat baris atau lebih maka ditaruh dalam tempat tersendiri.
Dalam melaporkan hasil analisis statistika harus dihindari pernyataan-pernyataan numerik yang seharusnya dikemas dalam tabel. Tabel analisis statistika memuat seluruh analisis secara lengkap, artinya tabel analisis statistika memuat semua keterangan dari faktor yang ada pada tabel termasuk hasil akhir analisis. Karya ilmiah juga dapat mempunyai keindahan estetik dengan disertai tabel-tabel serta grafik dan tampilan grafis untuk memperkaya pembahasan.
Bagi ilmuwan yang berpengalaman pernyataan yang benar itu sifatnya sederhana, namun didukung oleh data dan argumentasi yang lengkap. Data pendukung sebaiknya dikemas rapi dalam tabel di tubuh tulisan atau dalam lampiran. Keterangan tambahan harus diberi catatan kaki agar mudah dalam mencarinya. Printout komputer tidak usah seluruhnya dimasukkan ke lampiran kecuali bagian pentingnya saja.
Laporan penelitian biasanya mempunyai ringkasan dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini harus diperhatikan 2 hal yakni, pertama, bahasa tersebut mempunyai tata bahasa khusus komunikasi ilmiah yang disebut sebagai scientific grammar. Kedua, bahasa Inggris mempunyai kata-kata sinonim yang kaya dan indah.


Teknik Notasi Ilmiah

 Tanda catatan kaki diletakkan di ujung kalimat yg kita kutip dengan menggunakan angka Arab naik diketik setengah spasi. Bisa juga menggunakan lambang dengan catatan lambang yang sama diulang untuk halaman berbeda, sedangkan lambang yang berbeda pada halaman yang sama. Apabila menggunakan angka maka diberi nomor mulai 1 dan seterusnya. Satu kalimat mungkin terdiri dari beberapa catatan kaki apabila kalimat tersebut terdiri dari beberapa kutipan, maka catatan kaki diletakkan diakhir kalimat sebelum tanda baca penutup. Sedangkan kalimat yang hanya terdapat satu kutipan, catatan kaki diletakkan sesudah tanda baca penutup. Sebagai contoh:
Larrabee mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan1 sedangkan Richter melihat ilmu sebagai metode2 dan Conant mengidentifikasi ilmu sebagai serangkain konsep sebagai hasil dari pengamatan dan percobaan3.
            Sekiranya kalimat disusun menjadi 3 buah kalimat yang masing-masing mengandung satu kutipan maka tanda catatan kaki akan ditulis sesudah tanda baca penutup:
Larrabee mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan. 1 Sedangkan Richter melihat ilmu sebagai metode. 2  Conant mengidentifikasi ilmu sebagai serangkain konsep sebagai hasil dari pengamatan dan percobaan. 3
            Kalimat yang dikutip harus dituliskan sumbernya dalam catatan kaki. Kutipan yang diambil dari halaman tertentu harus disebutkan halamannya dengan singkatan hlm. Bila kutipan diambil dari beberapa halaman maka dituliskan halaman-halaman yang dimaksud, contoh hlm 1-5.
Catatan kaki ditulis dalam satu spasi dan dimulai langsung dari pinggir, atau setelah beberapa ketukan ketik dari pinggir, asal dilakukan konsisten. Nama pengarang yang berjumlah sampai tiga orang ditulis lengkap sedangkan jumlah lebih dari tiga orang hanya ditulis nama pengarang pertama ditambah et al. (artinya, dan lain-lain). Sebagai contoh:
4 Willian S. Sahakian dan Mabel L. Sahakian, Realms of Philosophy              (Cambridge: Schenkman, 1965), hlm. 6.
5 Sukarno et al, Dasar-dasar Pendidikan Science  (Jakarta: Bratara, 1973), hlm. 8.
Jika nama pengarang tidak ada maka dituliskan Anon (Anonymous) didepan nama buku atau langsung nama bukunya. Sebuah buku yang diterjemahkan harus ditulis pengarang dan penterjemah buku, sedangkan kumpulan karangan cukup disebut nama editor sebagai berikut:
6 Rencana Strategi Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976).
7 E.F. Schumaker, Keluar dari Kemelut, terjemahan Mochtar Pabotinggi (Jakarta: LP3ES, 1981).
Sebuah makalah yang dipublikasikan dalam majalah, koran, kumpulan karangan atau dalam forum ilmiah dituliskan dalam tanda kutip beserta informasi mengenai makalah tersebut.
8 Karlina, “Sebuah Tanggapan: Hipotesis dan Setengah Ilmuwan,” Kompas, 12 Desember 1981, hlm. 9.
dengan memakai op. cit. (opere citato, artinya dalam karya yang telah dikutip) dan loc. cit. (loco citato, artinya dalam tempat yang telah dikutip) dan ibid. (ibidem, artinya dalam tempat yang sama). Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama yaitu dengan mengulang nama pengarang namun tidak ditulis lengkap cukup nama familinya saja. Apabila pengulangan tidak dilakukan dengan tidak diselang oleh pengarang lain maka digunakan notasi ibid. seperti contoh berikut:
9 Ibid., hlm. 131.
Sekiranya akan mengulangan karang Karlina dalam catatan kaki nomor 8 maka menggunakan loc. cit. seperti contoh berikut:
10 Karlina, loc. cit.
Ulangan halaman berbeda dan telah diselang oleh pengarang lain ditulis menggunakan op. cit. sebagai berikut:
11 Wilardjo, op. cit, hlm. 12.
Sekiranya dalam kutipan yang digunakan terdapat seorang pengarang yang menulis beberapa karangan maka dituliskan nama karangannya. Bila judul panjang dapat dilakukan penyingkatan selama hal itu dapat mewakili judul karangan. Contoh:
12 Sastrapratedja, “Perkembangan Ilmu dan Teknologi”, hlm.
Untuk mengutip sebuah pernyataan yang telah dikutip dalam karangan orang lain maka harus ditulis kedua sumber nya seperti berikut:
13 Robert K. Merton, “The Ambivalence of Science,” hlm. 77-79, dikutip langsung (atau tidak langsung) oleh Maurice N. Richter, Science as a Cultural Process (Cambridge: Schenkman, 1972), hlm. 114.
Semua kutipan tersebut, baik yang dikutip langsung maupun tidak langsung, sumbernya disertakan kedalam daftar pustaka. Dalam daftar pustaka penulisan nama pengarang disusun berdasarkan urutan abjad nama huruf awal familinya. Tujuan daftar pustaka dalah mengidentifikasi karya ilmiah itu sendiri. Untuk itu dalam daftar pustaka tanda kurung yang membatasi penerbit dan domisili dihilangkan dan juga nomor halamannya. Contoh daftar pustaka:
Sahakian, William S.  and Mabel L. Sahakian, Realms of Philosophy Cambridge: Schenkman, 1965.

Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad dari nama famili pengarangnya dan diletakkan dalam bab tersendiri dibagian belakang karangan. Untuk judul buku diketik dengan huruf miring (Italic).

Notasi Ilmiah Tanpa Catatan Kaki
 Dalam sebuah laporan penelitian dengan catatan kadang kita melampirkan ringkasan hasil penelitian dalam bentuk notasi tanpa catatan kaki. Berikut contoh notasi tanpa catatan kaki:
Ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan (Larrabee, 1964, p. 4). Ilmu juga dapat dilihat sebagai sebuah metode (Richter, 1972, p. 25). Atau, ilmu didefinisikan sebagai serangkaian konsep sebagai hasil dari pengamatan dan percobaan (Conant, 1961, p. 25).
Dapat juga ditulis dalam bentuk notasi seperti ini:
Larrabee (1964: 4) mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan. Sedangkan Richter (1972: 15) melihat ilmu sebagai sebuah metode. Conant (1961: 25) mendefinisikan ilmu sebagai serangkaian konsep sebagai hasil dari pengamatan dan percobaan.
Referensi dari internet pada dasarnya sama dengan teknik notasi ilmiah yang lain, hanya ditambahkan sumber internet darimana kutipan tersebut. Contoh:
Alan Alridge, “Prediction in Sociology: Prospect for a Devalued Activity,” Sociological Research Online, Vol. 4 No. 3, 1999. <http://www.socresonline.org.uk/socresonlin/4/3/aldrige.html>
Hal kedua yang harus dilakukan dalam laporan pengujian hipotesis adalah menafsirkan penemuan – penemuan empiric setelahditerima sebagai proposisi ilmiah. Dalam hal ini kita menerjemahkan persamaan verbal. Umpamanya kita menemukan bahwa pengaruh sikap kepada kelestarian lingkungan (x3) dan intensitas banjir (y) dinyatakan oleh koefisien kolerasi sebesar 0,70. Sekiranya hipotesis kita ditolak maka kita harus melakuakn evaluasi kritisterhadap semua kegiatan penelitian kita terutama melakukan evaluasi tkepada metodologi penelitian dan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis. Oleh sebab itu maka dalam laporan penelitian harus ditemukan keterbatasan yang dipunyai oleh penelitian kita, yaitu keterbatasan internal maupun keterbatasan eksternal.
HASIL PENELITIAN
·         DESKRIPSI DATA
·         PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS
·         PENGUJIAN HIPOTESIS
·         KETERBATASAN PENELITIAN
Bab hasil penelitian merupakan sintesis dari apa yang telah dilaporkan dalam hasil penelitian yang merupakan landasan bagi pengembangan implikasi dan saran penelitian. Bab terakhir ini merupakan bab terpenting dari suatu penelitian pemecahan masalah sebab di sinilah akan di uraikan secara mendalam bagaimana masalah yang telah dikemukakan akan dipecahkan. Terakhir sekali pada penelitian muda disampaikan bahwa penemuan kebenaran dalam bidang apa saja, termasuk kebenaran dalam bidang keilmuan, asalkan dilakukan dengan kesungguhan dan kelapangan hati akan memberikan kepuasan batin. Kesimpulan apapun jangan biarkan data mengambil kesimpulan untuk anda seperti yangsering kita lihat pada peneliti yang tidak mempunyai karakter yang kuat. Janganlah anda serahkan hal ini kepada pihak lain, karna kitalah pencari kesejatian yang hakiki. Seperti ketegaran yang disyairkan oleh walt Whitman dalam bukunya the leaves of grass:
I am the captain of my ship
I am the master of my fate…

TEKNIK PENULISAN ILMIAH
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal. Bahasa yang dipergunakan harus jelas dimana pesan mengenai objek yang ingin dikomunikasikan harus mengandung informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga si penerima betul – betul mengerti akan isi pesan yang disampaikan kepadanya.
 Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat tidak bias di definisikan mana yang merupakan subjek mana yang merupakan predikat serta mana yang merupakan hubungan apa yang terikat antara subjek dengan predikat kemungkinan besar informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berfikir. Tata bahasa yang tidak cermat merupakan pencerminan logika berfikir yang tidak cermat pula.
Pembahasan secara ilmiah mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan ilmiah sebagai premis dalam argumentasi kita. Pengetahuan ilmiah tersebut kita pergunakan untuk bermacam – macam tujuan sesuai dengan bentuk argumentasi yang diajukan. Pernyataan ilmiah yang kita pergunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal. Pertama, harus dapat diidentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, harus dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah dimana pernyataan itu disampaikan apakah makalah, buku, seminar, lokakarya dan sebagainya. Ketiga, harus dapat diidentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan itu dilakukan.
Sekiranya pernyataan ilmiah itu tidak diterbitkan melainkan disampaikan dalam bentuk makalah untuk seminar atau lokakarya maka harus disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang melakukan kegiatan tersebut. Cara kita mencantumkan ketiga hal tersebut dalam penulisan ilmah kita disebut teknik notasi ilmiah. Terdapat bermacam – macam teknik notasi ilmiah yang pada dasarnya mencerminkan hakikat dan unsure yang sama meskipun dinyatakan dalam format dan symbol yang berbeda – beda. Pada pokoknya seorang ilmuan bias memilih satu dari teknik notasi ilmiah yang telah diakui asalkan dilakukan secara konsisten. Adalah kurang baik sekiranya kita mencampur beberapa teknik notasi ilmiah sekaligus sebab hal ini Cuma akan menimbulkan kebingungan. Kadang pedoman penulisan cocok untuk sebuah makalah pendek namun kurang cocok untuk laporan ilmiah yang panjang dan membutuhkan keterangan tambahan sebagai contoh dalam buku ini banyak keterangan tambahan yang tidak dituliskan dalam buku tulisan namun ditaruh dalam catatan kaki. Buku ini memperlihatkan contoh teknik notasi ilmiah yang mempergunakan catatan kaki. Sebelum kita melakukan pilihan terhadap salah satu dari teknik notasi ilmiah yg ada sebaliknya kita mengetahui dasar – dasar pemikiran yang melandasi teknik tersebut.
Dalam teknik notasi ilmiah dengan mempergunakan catatan kaki, umpamanya terdapat dua variasi. Variasi yang pertama ialah bahwa catatan kaki itu ditaruh dalam halaman yang sama, sedangkan dalam variasi kedua catatan kaki itu seluruhnya dikelompokkan dan ditaruh pada akhir sebuah bab. Namun sebenarnya terdapat fungsi dari catatan kaki yakni sebagai tempat bagi catatan – catatan kecil, yang sekiranya diletakkan dalam tubuh utama laporan akan mengganggu kelancaran penulisan. Dalam penulisan dibidang – bidang tertentu seperti sejarah, antropologi atau pendidikan, catatan tambahan seperti ini mempunyai peranan yang penting. Betapa seringnya kita dihadapkan dengan keinginan untuk memberikan beberapa catatan dalam rangka memperkaya kandungan sebuah pernyataan tanpa merusak keseluruhan bentuk pernyataan tersebut.

Adanya konstruk ini sering dilupakan oleh peneliti sehingga penalaran kita sering tergoncang karena dikaitkan oleh orang lain, umpamanya komisi penguji, dengan teori yang berada dengan konstruk kita. Sebaiknya dinyatakan secara tersurat mana dari defenisi yang ada merupakan konstruk peneliti kita.
            Konstruk yang baik yang menggandung indicator-indikator ini umpamanya definisi mengenai sikap kepada lingkungan yang dinyatakan sebagai “respons evaluative berdasarkan penilaian kognitif, afektif, dan konasi (kecendrungan untuk bertindak) terhadap kesadaran pengelola lingkungan yang meliputi tataekologi, jaringan kehidupan, komunitas non-manusia dan komunitas manusia.
            Setelah kita berhasil merumuskakn konstruk maka kita mulai mengadakan dedukasi hipotesis dalam kerangka berpikir. Dedukasi hipotesis ini pada intinya merupakan silogisme dengan bentuk sebagai berikut :
            (premis 1) x adalah …. (konstruk mengenai x)
            (premis 2)y adalah …. (konstruk mengenai y)
            Kesimpulan : “jika x maka y”
            Kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis ini dapat dijadikan sub-sub tersendiri yang meliputi empat topik yakni kerangka berpikir mengenai (1) pengaruh curah hujan terhadap banjir; (2) pengaruh daerah resapan air terhadap banjir; (3) pengaruh sikap kepada kelestarian lingkungan terhadap banjir dan (4) pengaruh curah hujan, daerah resapan air  dan sikap kepada kelestarian lingkungan secara bersama-sama terhadap banjir.
            Keempat hipotesis yang ditarik dari keempat kerangka berpikir tadi dapat dikelompokkan dalm sub-sub tersendiri yakni :
·         Terdapat hubungan positif antara tinggi curah hujan dengan intensitas banjir.
·         Terdapat hubungan positif antara daerah resapan air dengan intensitas banjir.
·         Terdapat hubungan negative antara sikap kepada kelestarian lingkungan dengan intensitas banjir.
·         Terdapat hubungan antara curah hujan.
Formulasi hipotesis kita secara semantic harus menjawab perumusan masalah yang telah diajukan. Sekiranya antara “pertanyaan” dan “jawaban” tidak kongruen maka salah atau keduanya harus dirumuskan kembali. Logika berpikir tercermin dalam logika tata bahasa dan sematik.
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa cara berpikir konsepsional, nalar dan antisipatif ini akan terbentuk dengan sendirinya setelah lulusan dari perguruan tinggi. Artinya, tak usah ada latihan khusus sebeb katiga karakteristik berpikir tersebut sudah menyatu (built in) dalam entitas keilmuan. Saya tidak sependapat dengan hal itu sebab tidak ada kemampuan dalam proses pendidikan yang terbentuk begitu saja. Pengalaman sering menunjukan bahwa lulusan perguruan tinggi sering mengalami kesukaran kalau diminta menjelaskan secara nalar. Dalam penalaran itu pun mereka lebih banyak mempergunakan akal sehat ketimbang konsepsi keilmuan yang dikuasi.
Jarang seklai kita melihat kegiatan perkuliahan yang bertumpu pada pemecahan masalah berdasarlan teori-teori ilmiah yang sedang diajarkan. Pendidikan dengan demikian lebih merupakan transfer pengetahuan (transfer if knowledge) ketimbang pembentukan cara berpikir.
            Berpikir ilmiah itu bukan dilakukan dalam kegiatan akademik saja tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Jika lulusan perguruan tinggi tidak diangkat jadi dosen atau peneliti, melainkan pimpinan yang mengambil keputusan, jika dia ditanya: “Bagaimana hubungan antara daerah resapan dengan intensitas banjir ?” maka tentu saja dia tidak bisa menjawab “ Ada hubungan antara daerah resapan dengan intensitas banjir”. Jawaban yang lebih tepat adalah seperti yang tertera dalam hipotesis kita diatas.
            Epistemologi pemecahan masalah mensyaratkan diajukannya hipotesis yang didukung argumentasi keilmuan secara nalar. Kelebihan lainnya dari adanya kerangka berpikir ini ialan bahwa dedukasi hipotesis yang terangkum di dalam nya sudah merupakan konteks  justifikasi bagi penemuan penelitian kita sekiranya hipotesis yang diajukan didukung oleh data. Dengan demikian setelah hipotesis berhasil diuji kita tidak perlu memberi justifikasi lagi melainkan secara langsung dapat menyimpulkan sebagai kesimpulan penelitian.


KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Ø  Deskripsi teoretis
Ø  Kerangka berpikir
Ø  Pengajuan hipotesis

Uraian yang sifatnya justifikatif ini kadang disebut pembahasan. Bagi epistemologi pembahasan masalah maka pembahasan seperti ini tidak perlu dilalukan sebab sudah terwakili oleh kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis. Pembahasan yang harus dilakukan secara serius dalam epistemology pemecahan masakan adalah membahas implikasi atau kegunaan penelitian secara mendalam.

METODOLOGI PENELITIAN
            Metodologi penelitian merupakan kumpulan metode yang dipergunakan dalam proses pengumpulan dan pengolahan data. Metode-metode yang dipergunakan ini tergantung dari apa yang ingin dicapai oleh tujuan penelitian. Untuk itu maka pertama sekali kita harus menyatakan tujuan penelitian. Tujuan penelitian harus mencakup variable-variabel yang di telaah dalam penelitian serta bentuk hubungan antar variable yang ingin diteliti.
            Berdasarkan tujuan penelitian ini kita menentukan metode penelitian ini kita menentukan metode penelitian. Sebagaimana tampak dalam bagan terdahulu terdapat banyak sekali metode penelitian yang dipergunakan sesuai dengan tujuan  penelitian kita.
            Tujuan penelitian turun ke lapangan adalah untuk mengumpulkan data. Untuk tujuan ini maka pertama seklai kita harus menentukan apa atau siapa sumber data ini. Data curah hujan atau daerah resapan air, umpamanya, mungkin dapat diperoleh pada lembaga tertentu. Oleh sebab itu kita tidak memerlukan instrument apa pun untuk memperolehnya kecuali dengan mendatangi atau mengirimkan surat kepada lembaga tersebut.
            Cara-cara  penyusunan  instrument dapat dipelajari secara lengkap dalam buku metodologi penelitian atau buku yang secra khusus  membahas mengenai hal itu. Walaupun demikian penyusunan instrument itu baru dapat dilakukan kalau kita mempunyai landasan untuk penyusunan instrument yang secara integral terkait dengan konsep yang kita gunakan dalam pengajuan masalah dan kajian teoretis. Knsep yang digunakan  dalam kajian teoretis dinamakan definisi konseptual sedangkan konsep yang dipergunakan dalam penyusunan instrument  adalah definisi operasional.
            Dalam bab terdahulu kita telah mendefinisikan konstruk kita mengenai sikap kepada kelestarian lingkungan sebagai “respons evaluative berdasarkan penelitian kognitif, afektif, dan konasi terhadap pengelolaan kelestarian lingkungan yang mencakup tataekologi, jaringan kehipudan, komunitas non-manusia dan komunitas manusia.
            Kalau kita telaah lebih lanjut dalam definisi operasional di atas masih terdapat konsep yang belum peroperasional yakni konsep “pengelolaan lingkungan”. Untuk itu kita harus kembali kepada referensi yang otoritatif mengenai pengelolahan lingkungan ini. Merujuk Peraturan Pemerintah tentang Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 1999 pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan.
            Berdasarkan hal ini maka kita dapat menyusun matriks kisi-kisi instrument umpamanya dengan meletakkan indikator sikap terhadap kelestarian lingkungan pada sumbu horizontal dan indicator pengelolaan lingkungan pada sumbu vertikal. Dalam matriks ini aspek kognitif, afektif dan konasi harus dimasukkan kedalam salah satu sumbu. Sengaja untuk pembahasan ini di ambil contoh penyusunan instrument yang agak rumit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa dengan konsep yang jelas dan nalar yang baik, instrument yang bagaimana pun rumitnya akan dapat juga diselesaikan dengan memenuhi persyaratan keilmuan.
            Instrumen ini harus disusun dengan benar sebab harus lolos dari pengujian instrument baik berupa “keabsahan” (validity) instrument maupun “keandalan” (reliability) instrument. Instrumen yang valid adalah instrument yang benar-benar mengukur “apa yang harus diukur” artinya tidak ngawur, sedangkan  instrument yang andal (reliable) adalah instrument yang memberikan “hasil pengukuran yang konsisten”.
            Metode selanjutnya adalah metode pengambilan contoh. Pada prinsipnya semua pengenbilan contoh untuk generalisasi memakai teknik statistic harus mempergunakan teknik acak (random). Terdapat berbagai teknik dalam pengambilan contoh yang bersifat acak ini. Teknik yang paling sederhana adalah teknik acak sederhana (simple random sampling technique). Teknik yang sangat berguna dalam penelitian ilmu-ilmu sosial adalah cluster random sampling.
            Terakhir sekali adalah metode analisi data. Untuk analisis secara kuantitatif dengan mempergunakan statistika maka cukup disebutkan teknik analisis statistika maka cukup disebutkan teknik analisis statistika yang akan dipergunakan. Untuk analisis secara kualitatif diperlukan secara terinci langkah-langkah yang akan ditempuh untuk sampai kepada kesimpulan akhir berupa kesimpulan penelitian. Secara garis besar metode-metode yang harus dicantumkan dalam metodologi penelitian adalah sebagai berikut :
METODOLOGI PENELITIAN
Ø  Tujuan penelitian
Ø  Tempat/waktu penelitian
Ø  Metode penelitian
Ø  Metode penyusunan instrument
Ø  Metode pengambilan contoh
Ø  Metode analisi data

HASIL PENELITAIN
            Hasil penelitian pada dasarnya adalah data yang telah berhasil kita kumpulkan  dan kita oleh. Terdapat empat jenis kelompok data yakni data mentah yang terkandung dalam kuesioner, data mentah yang telah diolah dalam bentuk tabel, data mentah yang telah diolah secara deskriptif dan data merupakan kesimpulan pengujian hipotesis. Data mentah yang telah diolah dalam bentuk tabel ditaruh di lampiran. Data curah hujan  (x1), daerah resapan air (x2), sikap kepada kelestarian lingkungan (x3), dan banjir (y) ditaruh dalam satu tabel.
            Bab mengenai hasil penelitian terdiri dari tiga bagian yakni deskripsi data, pengujian persyaratan analisis dan pengujian hipotesis. Dalam  deskripsi data kita laporkan data tiap-tiap variable yang telah kita olah mempergunakan teknik statistika  deskriptif. Data deskriptif harus di jelaskan  atau ditafsirkan sebeb keberadaan data tersebut harus merupakan informasi yang berguna dan bukan sekedar data statistic.
            Pengujian persyaratan analisis ini dilakukan sebagai prasyarat untuk mempergunakan teknik analisis statistika tertentu. Sebagai contoh teknik analisis statistica yang biasa kita pergunakan didasarkan pada asumsi bahwa data terdistribusi secara normal. Dalam penelitian asumsi ini harus kita uji dulu dengan mempergunakan data yang telah kita perolah.
            Pengujian hipotesis melaporkan apakah hipotesis penelitian yang kita ajukan diterima atau ditolak data. Seperti juga dengan laporan deskripsi data semua cara dan perhitungan dalam pengujian hipotesis ini ditaruh dalam lampiran yang letaknya dirujuk melalui catatan kaki. Dengan demikian laporan hasil penelitian kita akan tampak rapi namun didukung oleh  perhitungan yang lengkap ditaruh dalam lampiran.
Pada tahun 1970, umpamanya, Unesco sitem analisis misson melakukan upaya untuk membantu Indonesia melakukan perencanaan pendidikan dengan menerapkan system thinking. Kegiatan tersebut yang disertai penataran dalam system thiking yang diikuti oleh wakil dari berbagi universitas di Indonesia menyababkan berkembangnya system thinking di berbagai universitas di Indonesia. PPBS (Planing-Programing-Budgeting System), yang merupakan salah satu teknologi dalaml system thinking, kemudian diterapkan oleh Direktur jenderal Pendidikan Tinggi Profesor Makaminan Makagiansar dalam perencanaan pengelolaan pendidikan tinggi di Indonesia.
Systems Thinking :
Kerangka Ilmu untuk Pendekatan Multidisipliner
Salah satu kelemahan dalam acara berfikir ilmiah terlatak pad acara pandang (objek forma)  yang melilhat objek pemikir kita (objek materia) merupakan fakta yang terisolasi dari fakta-fakta lain diskitarnya. Kegiatan penelitian mengharuskan kita untuk membatasi masalah agar proses pemecahannya dapat dilakukan secara lebih terkontrol dan seksama. Cara pandang keilmuan ini cenderung membentuk cara berfikir yang terbatas dan bersifat konfergen dalam penambilan kesimpulan. Ilmu merupakan pengetahuan yang makin lama makin terspesialisasikan dengan pengembangan disiplin keilmuan yang makin sempit dalam wilayah penelaahnya.

Perbedaan fillosofis antara
Berfikir ilmiah dengan berfikir system
Bila kedua cara berfikir itu dibandingkan maka segera terlihat perbedaan filosofis antara berfikir ilmilah dan berfikir system. Secara ontologis, unsur realitas dalam berfikir ilmiah adalah fakta sedangkan unsur realitas dalam berfiklir system adalah system. System diartikan sebagai kumpulan fakta yang terikat satu dengan yang lain secara fungsional. Berfikir ilmliah bersifat atomistic sedangkan berfikir system berfikir hollistik atau sistemik.
            Secara epistemologis, berfikir ilmiah maupun berfikir system, kedua-duanya  mempergunakan logika deduktif dan induktif namun berbeda dalam tujuannya. Berfikir ilmiah menggunakan metode logico-hypothetico-verifikatif dalam menemukan konsep keilmuan yang dapat mendeskripsika, menjelaskan, mempresiksikan dan mengontrol gejala alam konsep keilmuan dimaksud untuk memecahkan masalah secara sectoral umpamanya konsep ekonomi untuk memecahkan masalah ekonomi dan konsep sosiologi untuk memecahkan masalah kemasyarakatan.