KELOMPOK 4
Chandra Aditya
|
12114323
|
2KA42
|
Iqbal
PS
|
15114409
|
2KA42
|
Sarah
Adriani
|
1A114026
|
2KA42
|
Apepullah
|
11114450
|
2KA42
|
M.
Fairuz Syaukani
|
17114196
|
2KA42
|
Fajri
Kurniawan
|
13114896
|
2KA42
|
Raka
Pabowo
|
18114849
|
2KA42
|
Bima
Aqila
|
12114167
|
2KA42
|
PENELITIAN
ILMIAH
Penelitian
ilmiah merupakan kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan ini bisa berupa pengetahuan
ilmiah, informasi untuk pengambilan keputusan, atau pengetahuan lainnya yang
diperoleh untuk tujuan tertentu. Pembedaan yang dilakukan disini bertujuan
untuk menjelaskan bahwa tidak smeua penelitian itu diarahkan untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah. Penelitian ilmiah, dalam pembahasan kita ini, adalah
penelitian yang mempergunakan metode ilmiah sebagai dasar kegiatannya.
Kegiatan
penelitian ilmiah mencerminkan prosedur yang terkandung dalam metode ilmiah
mencerminkan prosedur yang terkandung dalam metode ilmiah dalam memperoleh
pengetahuannya. Dua bentuk dasar penelitian ilmiah yakni penellitian murni dan
penelitian terapan. Penelitian murni bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan
baru yang berupa konsep atau teori ilmiah. Prosedur yang digunakan dalam
penelitian murni ini dinamakan “epistemology penemuan teori baru”. Penelitian
terapan bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dengan
mempergunakan teori ilmiah yang telah ditemukan sebagai acuan. Terdapat dua
buah prosedur yang dapat dilakukan dalam penelitian terapan ini yakni
“epistemology pemecahan masalah” dan “epistemology penemuan ilmiah “.
Epistimologi pemecahan masalah
meletakkan konteks justifikasi didepan dan konteks penemuan dibelakang.
Sebaliknya, epistemology penemuan ilmiah meletakan konteks penemua didepan dan
konteks justifikasi di belakang.
Argumentasi
untuk Pengembangan
Epistemologi
Pemecahan Masalah
Epistemology
untuk memperoleh pengetahuan yang berupa teori atau konsep baru hanya satu
yakni epistemology penemuan teori baru. Penemuan teori atau konsep baru jarang
dilakukan dalam penelitian akademik yang berbentuk skripsi, tesis atau
disertai. Penelitian ini kebanyakan dilakukan oleh ilmuwan professional.
Penelitian
akademik biasanya berorientasi pada penelitian terapan yang bertujuan
memecahkan permasalahan praktis dengan mengacu kepada teori ilmiah yang
relevan. Epistemology penemuan ilmiah dimulai dengan pengumpulan pengolahan
data dan kesimpulan yang ditarik dari data ini kemudian diberikan justifikasi
secara teoritis. Epistemology ini merupakan prosedur yang sering dilakukan
dalam penelitian dinegara kita termasuk penelitian akademik. Kelebihan
epistemology penemuan ilmiah ini adalah efektif untuk memperoleh penemuan baru.
Epistemology
ini adalah cocok bagi peneliti professional yang tujuannya memangmemperoleh
penemuan baru. Kekurangan epistemology ini tidak membentuk cara berpikir yang
konsepsional, nalar, dan antisipatif. Dengan demikian terdapat kemungkinan
bahwa teori ilmiah tidak berfungsi sebagaimana mestinya sebagai justifikasi
teoritis yang memayungi kebeneran yang sesungguhnya.
Penelitian
akademik biasanya dilakukan hanya sekali dengan publikasi secara terbatas.
Kekeliuran yang mungkin terjadi sukar untuk dikoreksi dan akan menimbukan
berkas yang mendalam bagi cara berpikir calon ilmuwan dikemudian hari. Persepsi
yang keliru akan membentuk prototype “manusia expost facto” yakni manusia yang
aru berpikir sesudah sesuatu terjadi dan bukan mengantisipasinya sebelum hal itu terjadi. Sindrom ini sudah
kelihatan dalam masyarakat kita yang cenderung untuk meributkan segala sesuatu
sesudah suatu kejadian berlalu dan bukan sebelumnya.
Epistomologi
pemecahan masalah adalah prosedur penelitian yang melakukan penalaran deduksi
dalam pengajuan hipotesis seperti yang dilakukan dalam epistemology penemuan
teori baru, artinya hipotesis dirumuskan berdasarkan argumentasi teoritis. Langkah-langkah
dalam bentuk kegiatan penelitian yang dijabarkan akan merujuk kepada
epistemology pemecahan masalah ini.
Bentuk
penelitian dan metodenya
Bagi
mereka yang akan melakukan penelitian terdapat sejumlah bentuk penelitian
dengan metode penelitian yang dapat
dipilih. Bentuk penelitian ini dapat dipilih sesuai dengan tujuan
penelitian.Sesuai dengan dua bentuk dasar penelitian yakni penelitian murni dan
penelitian terapan beragam bentuk penelitian yang ada secara garis besar terkait
dengan kedua hal tersebut. Penelitian murni bertujuan untuk oenemuan teori atau
konsep keilmuwan baru sedangkan penellitian terapan bertujuan untuk memecahkan
masalah dengan mengacu kepada teori-teori ilmiah yang relevan.
Bentuk penelitian yang dapat digunakan
untuk pengembangan teri baru antara lain adalah metode eksperimen,deduksi
postulasional, induksi empiris dan grounded research. Penamaan keempat metode
penelitian hanya untuk menunjukan titik awal kegiatan pengembangan teori baru. Induksi empiris biasa dilakukan dalam
penelitian kualitatif namun dalam penyusunannya teori selanjutnya akan
mempergunakan deduksi. Deuksi postulasional mempergunakan premis yang mungkin
merupakan hasil induksi empiris . Metode eksperimen dalam menyusun teri baru
yang ditemukannya juga akan mempergunakan deduksi postulasional. Emikian juga
penelitian kualitatf yang mengembangkan teri baru berawal dari induksi empiris
yang kesimpulannya dipergunakan sebagai premis dalam deduksi untuk menyusun
teori substantifnya. Semua bentuk penelitian ini pada hakikatnya tetap mengacu
kepada metode ilmiah dengan asas logico-hypothetico-verifikatif.
Penelitian semacam ini secara
epistemology tidak terlalu sukar untuk dilakukan. Kita terpaksa mempergunakan
teori-teori ilmu sosial yang belum tentu cocok dengan kondisi realitas negara
kita karena penelitian dasar mengenai hal ini belum banyak dilakukan.
Penggolongan
bentuk penelitian ini dapat dilakukan berdasarkan unit analisis yang
dipergunakan dalam penelitian. Kategori pertama adalah penelitian yang unit
analisisnya adalah idea atau teori yang telah ada. Penelitian yang unit
analisisnya adalah idea atau teori dinamakan penelitian teoritik. Kita dapat
melakukan penelitian teoritik dengan metode penelitian kepustakaan. Melalu
kegiatan penalaran kita mampu menemukan sesuatu yang baru dari
proporsi-proporsi yang telah ada. Kesimpulan penelitian teoretik ini yang
biasanya merupakan sintesi dari teri-teori sebelumnya sifatnya bersifat
hipotesis.
Kategori kedua adalah penelitian
yang unit analisisnya adalah fakta. Fakta yang dimaksud berada didunia empiric
dan oleh sebab itu penelitian ini dinamakan penelitian empiric. Penelitian
empirik ini kadang disebut sebagai kepustakaan. Penelitian empirik ini dapat
dibagi lagi ke dalam tiga kelompok yakni penelitian eksploratoris, penelitian
pengujian hipotesis dan pengembangan teori substansif. Penelitian eksploratoris
sesuai dengan namanya bertujuan melakukan eskplorasi terhadap suatu objek
penelitian dengan pendekatan yang bersifat deskriptif. Metode yang dapat
dipergunakan untuk penelitian eksploratoris ini antara lain adalah studi kasus,
survey deskriptif, metode kualitatif idiografis dan content analysis.
Untuk menguji hipotesis yang kita
temukan dalam penelitian eksploratoris seperti “hubungan antara tingkat
pendidikan dengan besar penghasilan” maka metode penelitian survey dapat di
pergunakan . survei ini merupakan metode yang sangat banyak digunakan dalam
ilmu-ilmu sosial baik untuk kegiatan keilmuwan maupun pengambilan keputusan.
Bentuk penelitian pengujian
hipotesis dipergunakan jika kita mempunyai gagasan yang ingin kita buktikan
atau kita ujikan kebenerannya. Untuk itu
kita akan mengadakan eksperimen dengan memberikan mata pelajaran filsafat ilmu
selama satu semester utum menguji efektivitasnya. Satu hal yang mesti diketahui
bahwa untuk penelitian akademik yang mengutamakan penalaran maka bobot materi
yang dicobakan harus setara. Artinya, kita tidak membandingkan antara kelompok
yang diberikan mata pelajaran filsafat ilmu dengan kelompok yang tidak sebab
menurut penalaran kelompok pertama jelas diuntungkan.
Eksperimen yang lain yang berharga
dijadikan penelitian akademik adalah action research. Dalam literature action
research ini banyak ragamnya sehingga kadang-kadang ada action research uang
banyak action nya tetapi kurang researchnya . untuk kegiatan akademik
disarankan untuk memilih action research dengan konsep atau teori yang sudah
jelas.
Cara menilai efektivitas penerapan
dalam action research adalah dengan jalan membandingkan kondisi pengambilan
keputusan sebelum MIS diterapkan dengan sesudah MIS diterapkan. Action research merupakan penelitian yang dampaknya
terlihat dengan nyata sebab penelitian ini merupakan invasi konseptual terhadap
sebuah sistem kelembagaan yang memungkinkan terjadinya perubahan secara
permanen.
Variasi lain dari eksperimen adalah
penelitian espost facto. Penelitian expost facto ini dilakukan setelah suatu
kejadian besar terjadi umpamanya sesudah banjir melanda sebuah kota. Kejadian
banjir ini secara konseptual dapat kita anggap sebagai perlakuan meskipun yang
melakukannya bukan peneliti melainkan alam. Analisis yang lebih dramatis dapat
dilakukan setelah gempa besar menerpa di mana manusia bisa kehilangan
segalanya. Atau lebih dahsyat lagi, terjadinya tsunami yang jarang terjadinya
namun dampaknya sangat lluar biasa.
Bentuk lain dari penelitian adalah
meta-anallisis yang unit analisisnya adalah data sekonder. Data sekonder adalah
data yang diambil dari publikasi orang lain. Jadi meta-analisi ini termasuk ke
dalam penelitian kepustakaan engan mempergunakan metode penelitian
meta-analisis. Penelitian ini mencoba menganilisis kembali bermacam-macam hasil
penelitian didekati dari sudut pendekatan tertentu dan mencoba menemukan pola
baru. Katakanlah kita menganalisis besarnya koefisien korelasi antara tingkat
bunuh diri dengan tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai negara. Kalau
data ini kita analisis maka mungkin kita mendapatkan kesimpulan bahwa “semakin
sejahtera sebuah negara semakin kecil tingkat bunuh diri” atau mungkin
sebaliknya. Kita juga mungkin hanya mengambil data mengenai tingkat bunuh diri
saja yang kemudian kita hubungkan dengan variabel lain yang datanya kita ambil
dari sumber sekonder yang lain. Katakanlah kita mempunyai hipotesis bahwa
tingkat bunuh diri bukan saja disebabkan oleh tingkat kesejahteraan masyarakat
namun juga oleh adanya perlakuan masyarakat terhadap perilaku yang menyimpang.
Pembahasan mengenai ragam penelitian
ini bukan dimaksudkan untuk mengalisis secara substansial bentuk-bentuk
penelitian yang ada, melainkan memberikan gambaran secara garis besar yang
memungkinkan peneliti untuk memilih bentuk penelitian yang disukai, dan mempelajarinya
lebih dalam dari sumber yang lebih kompeten.
Struktur dan proses penelitian
ilmiah
Sebuah perusahaan sepatu melakukan
survey pemasaran di suatu daerah terpencil dengan mengirimkan dua orang
peneliti. Penelitian pertama melaporkan hasil penelitiannya dengan menyatakan
bahwa semua orang ditempat itu tidak memakai sepatu dan oleh sebab itu dia menyarankan untuk tidak
memasarkan sepatu didaerah itu karena permintaannya hal yang serupa habwa
didaerah itu permintaan dapat diciptakan. Untuk dia mempergunakan berbagai
teori ilmiah untuk mengembangkan rencana bagaimana caranya menciptakan
permintaan terhaap sepatu didaerah itu.
Struktur penellitian yang akan
dibahas disini diperuntukan bagi peneliti tipe kedua yakni ilmuwan yang
berbekal pengetahuan ilmiah dan epistemology ilmu mencoba memecahkan masalah
yang dihadapi secara konsepsional dan teruji. Teori keilmuwan berfungsi untuk
mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengontrol gejala alam.
Epistemologi yang akan dipergunakan
alam pembahasan kita adalah epistemology pemecahan masalah dengan konteks
justifikasi didahulukan yang diikuti konteks penemuan. Dalam epistemology
pemecahan masalah teori dipergunakan
sebagai justifikasi bagi perumusan hipotesis sedangkan dalam epistemology
penemuan ilmiah teori dipergunakan sebagai justifikasi bagi kesimpulan yang
ditarik dari data empiric . kelebihan dari epistemology pemecahan masalah
adalah membentuk kemampuan dalam berpikir secara konsepsual.
Sering
terdapat salah paham bahwa kajian PUSTAKA adalah sama dengan konteks
justifikasi. Hal itu adalah tidak benar sebab kajian PUSTAKA hanyalah sumber
referensi teoritis dan bukan justifikasi. Konteks justifikasi adalah
argumentasi yang dibangun dengan mempergunakan premis yang diambil dari kajian
PUSTAKA yang berfungsi untuk menjelaskan temuan penelitian.
Dalam
epistemologi penemuan ilmiah dimana justifikasi dilakukan setelah pengumpulan
dan pengolahan data. Teori kadang terkesan dicari cari untuk membenarkan
kesimpulan penarikan data. Hal ini mungkin terjadi dalam epistemologi pemecahan
masalah. Sebaliknya, jika hipotesis ditolak oleh data maka kita tidak begitu
saja membenarkan hal itu melainkan kembali berpikir dengan melakukan evaluasi
kritis terhadap pelaksanaan penelitian.
Kegiatan
penelitian merupakan operasionalisasi dan metode ilmiah. Seperti diketahui
metode ilmiah merupakan gabungan dari berpikir deduksi dan induksi dengan
jembatan hipotesis. Struktur penelitian ilmiah dan proses penelitian ilmiah
yang merupakan penjabaran dari metode ilmiah ini dapat dilihat dalam bagan 2-2
dan bagan 2-3. Bagan ini akan memandu pikiran kita dalam melakukan kegiatan
penelitian ilmiah. Penelitian seperti ini sangat berharga dari segi
keilmuan, sebab peniliti harus memperbaiki kekeliruan ini umpamanya menyusun kembali
instrumen yang ternyata tidak sempurna.
Kegiatan
penelitian yang menekankan pada penalaran dan proses belajar ini akan tampak
pada bentuk perumusan masalah dan bentuk metode Analisis data. Walaupun begitu
teknik Analisis mulivariat sangat berguna dalam penelitian ilmu ilmu sosial dan
teknik ini yang akan digunakan dalam analisi penelitian. Demikian juga dengan
penarikan kesimpulan berdasarkan teknik analisi korelasi. Sekiranya kita
mempunyai argumentasi yang kuat mengenai sifat hubungan 2 buah variabel.
Pengajuan
masalah
Proses kegiatan ilmiah menurut
ritchie Calder dimulai Ketika manusia mengamati sesuatu. Tentu saja tidak semua
yang kita amati mendorong proses kegiatan ilmiah. Terdapat teknik Analisis
statiska yang dapat mengidentifikasikan dan menyimpulkan kausalitas
antarvariabel penelitian . Sering kita melihat mahasiswa menyusun variabel
peneliatannya " secara tempel koyo " dengan variabel satu digabung
gabungkan dengan variabel lainnya tanpa mempunyai perspektif pandangan
sedikitpun tentang " mengapa dan bagaimana " variabel variabel itu
terkait.
Pembatasan masalah merupakan
keharusan dalam penelitian akademik sebab dalam hal ini berlaku kriteria bukan
kuantitas jawaban yang dipentingkan melainkan kualitasnya.
Dalam penelitian akademik maka semua pikiran yang ada
dalam benak kita dan semua pernyataan yang terkandung dalam laporan penelitian
kita. Kaidah moral dalam penelitian akademik adalah bahwa apa yang kita tulis
dan apa yang kita ucapkan harus dipertanggungjawabkan baik secara teoritik
maupun secara factual.
Penelitian yang baik adalah
penelitian yang seimbang dalam pemilihan masalah antara variabel konsepsional
yang membutuhkan instrumen yang harus kita bikin sendiri dengan variabel yang
datanya mudah didapat. Penelitian yang baik mempunyai satu variabel yang
menonjol yang bersifat orisinal (artinya jarang dipergunakan orang dalam
penelitian ) dan merupakan titik awal dari Pengajuan masalah penelitian baik
selaku enteseden maupun preseden. Itulah sebabnya sesudah perumusan masalah
lengkah selanjutnya adalah mengemukakan kegunaan penelitian.
Naan ekonomi ( economic utility )
berupa keguaan bentuk ( form utility ), keguanaan tempat ( space utility ),
keguaan waktu ( time utililty ), dan keguaan pertukaran ( exchange utility ).
Perubahan input menjadioutput ini merupakan proses yang berdifat produktif yang
memerlukan sumber daya ekonomi yakni man,money,material and method. Jadi
pemecahan masalah pendidikan, menurut berfikir system, harus diselesasikan
dengan melibatkan semua unsure tersebut ykni murid (input), tenaga terdidik (
output ) dan instrumental input yang berupa guru (man), biaya pendidikan
(money), prasarana dan sarana pendidikan (material), serta kurikulum (method).
Sebagai contoh jika tujuan kita ingin menghasilkan lulusan yang lebih baik maka
secara sistemik kita harus membikin system pendidikan yang lebih efektif.
Secara aksiologis sepeti sudah kita singgung sebelumnya system nilai yang
dianut oleh berfikir system adalah keteraturan (order). Bagi kegiatan ilmiah
nilai moral yang dianut adalah kemanfaatan bagi manusia tanpa terlalu
menghiraukan apakah pemecahan maslah keilmuan secara atomistic (sektoral) itu
membuahkan ekses seperti kemacetan dan kesemerawutan.
Pengembangan
berfikir system
Berfikir menurut konsep system, atau berfikir system (sistematik),
secara historis mempunyai sejarah yang tua sekali, yang menurut Van Court Hare,
sudah dimulai dengan pembangunan piramida. Walaupun demikian konsep system yang
modern sebagaimana kita kenal dalam bentuknya sekarang ini. Paradigm merupakan
konsep dasar yang dianut dan diamalkan oleh suatu komunitas tertentu dalam
periode tertentu dalam periode tertentu pula. Konsep ini merupakan cara yang
berbeda dengan caea non system umpamanya dengan cara berfikir secara atomistic
yang dialakukan dalam berfikir ilmiah. Seperti juga produk ilmiah lainnya
konsep system merupakan akumulasi dan berbagai pemikiran ilmiah sebelumnya.
Idea kontemporer mengenai konsep system dicetuskan oleh Ludwing Von Bertalanffy
dalam sebuah seminar filsafat untuk menghormati Charles Morris di University Of
Chicago dalam tahun 1937. Perang dunia II mengembangkan penerapan konsep system
yang disebut operasi riset (operations research). Penerapan metode ilmiah dalam
bidang ini sebenarnya bukan hal yang baru dan telah dirintis sejak tahun 1911
oleh Taylor dan pionir-pionir Scientific Management. Operasi riset secara
historis merupakan penemuan yang telah memluali kegiatannya sekitar tahun 1939.
Seyelah itu pengembangan system beralih ke amerika serikat dan dalam tahun 1950
RAND Corporation melaukan modifikasi operasi riset menjadi system analiisis.
Tujuan operasi riset adalah mencari pemecahan optimal suatu hal yang tidak
mungkin dilakukan dalam bidang-bidang tersebut di atas. Operasi riset
menganggap bahwa kombinasi dari variable-variabel adalah tak terbatas dan
tujuannya adlah mencari kombinasi yang optimal.
Karena fungsinya yang berbeda maka operasi riset dan system analisis
mempergunakan teknik-teknik yang berbeda pula. Sedangkan system analisis
mempergunakan cost-benefit dan cost-effectivenesstechnique. Walapun begitu
konsep PPBS baru dapat disemprnakan setelah pengembangan system analisis. Pada
tahun 1954 fredectice C. Mosher menulis buku program budgeting : Theory and
Practice dengan contoh penerapan di angkatan udara. Sesudah itu PPBS diterapkan
di berbagai Negara termasuk diindonesia. Program (departemen terkait) dan
penentuan anggaran (department keuangan) dalam sebuah system yang terpadu.
Umumnya
kita menggunakan pernyataan orang lain dalam tulisan kita, hal itu merupakan
kutipan langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan pernyataan
orang lain dalam susunan kalimat asli nya. Sedangkan kutipan tidak langsung
merupakan pernyataan orang lain yang sudah sedikit diubah dengan kalimat
sendiri. Seorang ilmuwan harus mampu menyatakan pendapat orang lain menggunakan
bahasa nya sendiri. Sebab karya ilmiah yang baik tidak akan dipenuhi dengan
kutipan langsung karena tidak mencerminkan kepribadian penulis. Sebaiknya
identitas kutipan langsung tidak lebih 30% dari seluruh kutipan yang ada. Semua
kutipan biasanya diterjemahkan kedalam bahasa pengantar yang dipakai,
terkecuali pernyataan yang khas sebaiknya dikutip dalam bahasa asli disertai
terjemahannya.
Kutipan
langsung kadang memang diperlukan untuk mempertahankan keaslian pernyataan
tersebut. Gabungan dari kutipan langsung dan tidak langsung sering digunakan
untuk memadukan gaya penulisan seseorang dengan pernyataan asli orang lain.
Kutipan langsung yang kurang dari empat baris ditaruh dalam tubuh tulisan
dengan diapit tanda kutip (“). Untuk kutipan langsung yang terdiri empat baris
atau lebih maka ditaruh dalam tempat tersendiri.
Dalam
melaporkan hasil analisis statistika harus dihindari pernyataan-pernyataan
numerik yang seharusnya dikemas dalam tabel. Tabel analisis statistika memuat
seluruh analisis secara lengkap, artinya tabel analisis statistika memuat semua
keterangan dari faktor yang ada pada tabel termasuk hasil akhir analisis. Karya
ilmiah juga dapat mempunyai keindahan estetik dengan disertai tabel-tabel serta
grafik dan tampilan grafis untuk memperkaya pembahasan.
Bagi
ilmuwan yang berpengalaman pernyataan yang benar itu sifatnya sederhana, namun
didukung oleh data dan argumentasi yang lengkap. Data pendukung sebaiknya
dikemas rapi dalam tabel di tubuh tulisan atau dalam lampiran. Keterangan
tambahan harus diberi catatan kaki agar mudah dalam mencarinya. Printout
komputer tidak usah seluruhnya dimasukkan ke lampiran kecuali bagian pentingnya
saja.
Laporan
penelitian biasanya mempunyai ringkasan dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini
harus diperhatikan 2 hal yakni, pertama, bahasa tersebut mempunyai tata bahasa
khusus komunikasi ilmiah yang disebut sebagai scientific grammar. Kedua, bahasa Inggris mempunyai kata-kata
sinonim yang kaya dan indah.
Teknik Notasi Ilmiah
Tanda catatan kaki diletakkan di ujung kalimat
yg kita kutip dengan menggunakan angka Arab naik diketik setengah spasi. Bisa
juga menggunakan lambang dengan catatan lambang yang sama diulang untuk halaman
berbeda, sedangkan lambang yang berbeda pada halaman yang sama. Apabila
menggunakan angka maka diberi nomor mulai 1 dan seterusnya. Satu kalimat
mungkin terdiri dari beberapa catatan kaki apabila kalimat tersebut terdiri
dari beberapa kutipan, maka catatan kaki diletakkan diakhir kalimat sebelum
tanda baca penutup. Sedangkan kalimat yang hanya terdapat satu kutipan, catatan
kaki diletakkan sesudah tanda baca penutup. Sebagai contoh:
Larrabee mendefinisikan ilmu
sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan1 sedangkan Richter melihat
ilmu sebagai metode2 dan Conant mengidentifikasi ilmu sebagai
serangkain konsep sebagai hasil dari pengamatan dan percobaan3.
Sekiranya kalimat disusun menjadi 3 buah kalimat yang
masing-masing mengandung satu kutipan maka tanda catatan kaki akan ditulis
sesudah tanda baca penutup:
Larrabee mendefinisikan ilmu
sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan. 1 Sedangkan Richter
melihat ilmu sebagai metode. 2
Conant mengidentifikasi ilmu sebagai serangkain konsep sebagai hasil
dari pengamatan dan percobaan. 3
Kalimat yang dikutip harus
dituliskan sumbernya dalam catatan kaki. Kutipan yang diambil dari halaman tertentu
harus disebutkan halamannya dengan singkatan hlm. Bila kutipan diambil dari beberapa halaman maka dituliskan
halaman-halaman yang dimaksud, contoh hlm
1-5.
Catatan
kaki ditulis dalam satu spasi dan dimulai langsung dari pinggir, atau setelah
beberapa ketukan ketik dari pinggir, asal dilakukan konsisten. Nama pengarang
yang berjumlah sampai tiga orang ditulis lengkap sedangkan jumlah lebih dari
tiga orang hanya ditulis nama pengarang pertama ditambah et al. (artinya, dan lain-lain). Sebagai contoh:
4
Willian S.
Sahakian dan Mabel L. Sahakian, Realms of
Philosophy (Cambridge:
Schenkman, 1965), hlm. 6.
5
Sukarno et al, Dasar-dasar Pendidikan Science (Jakarta: Bratara, 1973), hlm. 8.
Jika
nama pengarang tidak ada maka dituliskan Anon
(Anonymous) didepan nama buku atau langsung nama bukunya. Sebuah buku yang
diterjemahkan harus ditulis pengarang dan penterjemah buku, sedangkan kumpulan
karangan cukup disebut nama editor sebagai berikut:
6
Rencana
Strategi Pendidikan dan Kebudayaan
(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976).
7
E.F. Schumaker, Keluar dari Kemelut, terjemahan Mochtar
Pabotinggi (Jakarta: LP3ES, 1981).
Sebuah
makalah yang dipublikasikan dalam majalah, koran, kumpulan karangan atau dalam
forum ilmiah dituliskan dalam tanda kutip beserta informasi mengenai makalah
tersebut.
8 Karlina,
“Sebuah Tanggapan: Hipotesis dan Setengah Ilmuwan,” Kompas, 12 Desember 1981, hlm. 9.
dengan
memakai op. cit. (opere citato,
artinya dalam karya yang telah dikutip) dan loc.
cit. (loco citato, artinya dalam tempat yang telah dikutip) dan ibid. (ibidem, artinya dalam tempat yang
sama). Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama yaitu dengan mengulang nama
pengarang namun tidak ditulis lengkap cukup nama familinya saja. Apabila pengulangan
tidak dilakukan dengan tidak diselang oleh pengarang lain maka digunakan notasi
ibid. seperti contoh berikut:
9
Ibid., hlm. 131.
Sekiranya
akan mengulangan karang Karlina dalam catatan kaki nomor 8 maka menggunakan loc. cit. seperti contoh berikut:
10
Karlina, loc. cit.
Ulangan
halaman berbeda dan telah diselang oleh pengarang lain ditulis menggunakan op. cit. sebagai berikut:
11
Wilardjo, op. cit, hlm. 12.
Sekiranya
dalam kutipan yang digunakan terdapat seorang pengarang yang menulis beberapa
karangan maka dituliskan nama karangannya. Bila judul panjang dapat dilakukan
penyingkatan selama hal itu dapat mewakili judul karangan. Contoh:
12
Sastrapratedja,
“Perkembangan Ilmu dan Teknologi”, hlm.
Untuk
mengutip sebuah pernyataan yang telah dikutip dalam karangan orang lain maka
harus ditulis kedua sumber nya seperti berikut:
13
Robert K.
Merton, “The Ambivalence of Science,” hlm. 77-79, dikutip langsung (atau tidak
langsung) oleh Maurice N. Richter, Science as a Cultural Process (Cambridge:
Schenkman, 1972), hlm. 114.
Semua
kutipan tersebut, baik yang dikutip langsung maupun tidak langsung, sumbernya
disertakan kedalam daftar pustaka. Dalam daftar pustaka penulisan nama
pengarang disusun berdasarkan urutan abjad nama huruf awal familinya. Tujuan
daftar pustaka dalah mengidentifikasi karya ilmiah itu sendiri. Untuk itu dalam
daftar pustaka tanda kurung yang membatasi penerbit dan domisili dihilangkan
dan juga nomor halamannya. Contoh daftar pustaka:
Sahakian,
William S. and Mabel L. Sahakian, Realms of Philosophy Cambridge:
Schenkman, 1965.
Daftar
pustaka disusun menurut urutan abjad dari nama famili pengarangnya dan
diletakkan dalam bab tersendiri dibagian belakang karangan. Untuk judul buku
diketik dengan huruf miring (Italic).
Notasi Ilmiah
Tanpa Catatan Kaki
Dalam sebuah laporan penelitian dengan catatan
kadang kita melampirkan ringkasan hasil penelitian dalam bentuk notasi tanpa
catatan kaki. Berikut contoh notasi tanpa catatan kaki:
Ilmu didefinisikan sebagai
pengetahuan yang dapat diandalkan (Larrabee, 1964, p. 4). Ilmu juga dapat
dilihat sebagai sebuah metode (Richter, 1972, p. 25). Atau, ilmu didefinisikan
sebagai serangkaian konsep sebagai hasil dari pengamatan dan percobaan (Conant,
1961, p. 25).
Dapat
juga ditulis dalam bentuk notasi seperti ini:
Larrabee (1964: 4) mendefinisikan
ilmu sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan. Sedangkan Richter (1972: 15)
melihat ilmu sebagai sebuah metode. Conant (1961: 25) mendefinisikan ilmu
sebagai serangkaian konsep sebagai hasil dari pengamatan dan percobaan.
Referensi
dari internet pada dasarnya sama dengan teknik notasi ilmiah yang lain, hanya
ditambahkan sumber internet darimana kutipan tersebut. Contoh:
Alan Alridge, “Prediction in
Sociology: Prospect for a Devalued Activity,” Sociological Research Online,
Vol. 4 No. 3, 1999.
<http://www.socresonline.org.uk/socresonlin/4/3/aldrige.html>
Hal
kedua yang harus dilakukan dalam laporan pengujian hipotesis adalah menafsirkan
penemuan – penemuan empiric setelahditerima sebagai proposisi ilmiah. Dalam hal
ini kita menerjemahkan persamaan verbal. Umpamanya kita menemukan bahwa
pengaruh sikap kepada kelestarian lingkungan (x3) dan intensitas banjir (y)
dinyatakan oleh koefisien kolerasi sebesar 0,70. Sekiranya hipotesis kita
ditolak maka kita harus melakuakn evaluasi kritisterhadap semua kegiatan
penelitian kita terutama melakukan evaluasi tkepada metodologi penelitian dan
kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis. Oleh sebab itu maka dalam laporan
penelitian harus ditemukan keterbatasan yang dipunyai oleh penelitian kita,
yaitu keterbatasan internal maupun keterbatasan eksternal.
HASIL
PENELITIAN
·
DESKRIPSI DATA
·
PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS
·
PENGUJIAN HIPOTESIS
·
KETERBATASAN PENELITIAN
Bab
hasil penelitian merupakan sintesis dari apa yang telah dilaporkan dalam hasil
penelitian yang merupakan landasan bagi pengembangan implikasi dan saran
penelitian. Bab terakhir ini merupakan bab terpenting dari suatu penelitian
pemecahan masalah sebab di sinilah akan di uraikan secara mendalam bagaimana
masalah yang telah dikemukakan akan dipecahkan. Terakhir sekali pada penelitian
muda disampaikan bahwa penemuan kebenaran dalam bidang apa saja, termasuk
kebenaran dalam bidang keilmuan, asalkan dilakukan dengan kesungguhan dan
kelapangan hati akan memberikan kepuasan batin. Kesimpulan apapun jangan
biarkan data mengambil kesimpulan untuk anda seperti yangsering kita lihat pada
peneliti yang tidak mempunyai karakter yang kuat. Janganlah anda serahkan hal
ini kepada pihak lain, karna kitalah pencari kesejatian yang hakiki. Seperti
ketegaran yang disyairkan oleh walt Whitman dalam bukunya the leaves of grass:
I am the captain of my ship
I am the master of my fate…
TEKNIK PENULISAN ILMIAH
Teknik
penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat
pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan
ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian
pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal. Bahasa yang dipergunakan harus
jelas dimana pesan mengenai objek yang ingin dikomunikasikan harus mengandung
informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga si penerima betul – betul
mengerti akan isi pesan yang disampaikan kepadanya.
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang
baik dan benar. Sebuah kalimat tidak bias di definisikan mana yang merupakan
subjek mana yang merupakan predikat serta mana yang merupakan hubungan apa yang
terikat antara subjek dengan predikat kemungkinan besar informasi yang tidak
jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berfikir. Tata bahasa yang
tidak cermat merupakan pencerminan logika berfikir yang tidak cermat pula.
Pembahasan
secara ilmiah mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan ilmiah sebagai
premis dalam argumentasi kita. Pengetahuan ilmiah tersebut kita pergunakan
untuk bermacam – macam tujuan sesuai dengan bentuk argumentasi yang diajukan.
Pernyataan ilmiah yang kita pergunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa
hal. Pertama, harus dapat diidentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut.
Kedua, harus dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah dimana
pernyataan itu disampaikan apakah makalah, buku, seminar, lokakarya dan
sebagainya. Ketiga, harus dapat diidentifikasikan lembaga yang menerbitkan
publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan itu
dilakukan.
Sekiranya
pernyataan ilmiah itu tidak diterbitkan melainkan disampaikan dalam bentuk
makalah untuk seminar atau lokakarya maka harus disebutkan tempat, waktu dan
lembaga yang melakukan kegiatan tersebut. Cara kita mencantumkan ketiga hal
tersebut dalam penulisan ilmah kita disebut teknik notasi ilmiah. Terdapat
bermacam – macam teknik notasi ilmiah yang pada dasarnya mencerminkan hakikat
dan unsure yang sama meskipun dinyatakan dalam format dan symbol yang berbeda –
beda. Pada pokoknya seorang ilmuan bias memilih satu dari teknik notasi ilmiah
yang telah diakui asalkan dilakukan secara konsisten. Adalah kurang baik
sekiranya kita mencampur beberapa teknik notasi ilmiah sekaligus sebab hal ini
Cuma akan menimbulkan kebingungan. Kadang pedoman penulisan cocok untuk sebuah
makalah pendek namun kurang cocok untuk laporan ilmiah yang panjang dan
membutuhkan keterangan tambahan sebagai contoh dalam buku ini banyak keterangan
tambahan yang tidak dituliskan dalam buku tulisan namun ditaruh dalam catatan
kaki. Buku ini memperlihatkan contoh teknik notasi ilmiah yang mempergunakan
catatan kaki. Sebelum kita melakukan pilihan terhadap salah satu dari teknik
notasi ilmiah yg ada sebaliknya kita mengetahui dasar – dasar pemikiran yang
melandasi teknik tersebut.
Dalam
teknik notasi ilmiah dengan mempergunakan catatan kaki, umpamanya terdapat dua
variasi. Variasi yang pertama ialah bahwa catatan kaki itu ditaruh dalam
halaman yang sama, sedangkan dalam variasi kedua catatan kaki itu seluruhnya
dikelompokkan dan ditaruh pada akhir sebuah bab. Namun sebenarnya terdapat
fungsi dari catatan kaki yakni sebagai tempat bagi catatan – catatan kecil,
yang sekiranya diletakkan dalam tubuh utama laporan akan mengganggu kelancaran
penulisan. Dalam penulisan dibidang – bidang tertentu seperti sejarah,
antropologi atau pendidikan, catatan tambahan seperti ini mempunyai peranan
yang penting. Betapa seringnya kita dihadapkan dengan keinginan untuk
memberikan beberapa catatan dalam rangka memperkaya kandungan sebuah pernyataan
tanpa merusak keseluruhan bentuk pernyataan tersebut.
Adanya
konstruk ini sering dilupakan oleh peneliti sehingga penalaran kita sering
tergoncang karena dikaitkan oleh orang lain, umpamanya komisi penguji, dengan
teori yang berada dengan konstruk kita. Sebaiknya dinyatakan secara tersurat
mana dari defenisi yang ada merupakan konstruk peneliti kita.
Konstruk yang baik yang menggandung
indicator-indikator ini umpamanya definisi mengenai sikap kepada lingkungan
yang dinyatakan sebagai “respons evaluative berdasarkan penilaian kognitif,
afektif, dan konasi (kecendrungan untuk bertindak) terhadap kesadaran pengelola
lingkungan yang meliputi tataekologi, jaringan kehidupan, komunitas non-manusia
dan komunitas manusia.
Setelah kita berhasil merumuskakn
konstruk maka kita mulai mengadakan dedukasi hipotesis dalam kerangka berpikir.
Dedukasi hipotesis ini pada intinya merupakan silogisme dengan bentuk sebagai
berikut :
(premis 1) x adalah …. (konstruk
mengenai x)
(premis 2)y adalah …. (konstruk
mengenai y)
Kesimpulan : “jika x maka y”
Kerangka berpikir dalam pengajuan
hipotesis ini dapat dijadikan sub-sub tersendiri yang meliputi empat topik
yakni kerangka berpikir mengenai (1) pengaruh curah hujan terhadap banjir; (2) pengaruh
daerah resapan air terhadap banjir; (3) pengaruh sikap kepada kelestarian
lingkungan terhadap banjir dan (4) pengaruh curah hujan, daerah resapan
air dan sikap kepada kelestarian
lingkungan secara bersama-sama terhadap banjir.
Keempat hipotesis yang ditarik dari
keempat kerangka berpikir tadi dapat dikelompokkan dalm sub-sub tersendiri
yakni :
·
Terdapat hubungan positif antara tinggi
curah hujan dengan intensitas banjir.
·
Terdapat hubungan positif antara daerah
resapan air dengan intensitas banjir.
·
Terdapat hubungan negative antara sikap
kepada kelestarian lingkungan dengan intensitas banjir.
·
Terdapat hubungan antara curah hujan.
Formulasi
hipotesis kita secara semantic harus menjawab perumusan masalah yang telah
diajukan. Sekiranya antara “pertanyaan” dan “jawaban” tidak kongruen maka salah
atau keduanya harus dirumuskan kembali. Logika berpikir tercermin dalam logika
tata bahasa dan sematik.
Banyak
kalangan yang berpendapat bahwa cara berpikir konsepsional, nalar dan
antisipatif ini akan terbentuk dengan sendirinya setelah lulusan dari perguruan
tinggi. Artinya, tak usah ada latihan khusus sebeb katiga karakteristik
berpikir tersebut sudah menyatu (built in)
dalam entitas keilmuan. Saya tidak sependapat dengan hal itu sebab tidak ada
kemampuan dalam proses pendidikan yang terbentuk begitu saja. Pengalaman sering
menunjukan bahwa lulusan perguruan tinggi sering mengalami kesukaran kalau
diminta menjelaskan secara nalar. Dalam penalaran itu pun mereka lebih banyak
mempergunakan akal sehat ketimbang konsepsi keilmuan yang dikuasi.
Jarang
seklai kita melihat kegiatan perkuliahan yang bertumpu pada pemecahan masalah
berdasarlan teori-teori ilmiah yang sedang diajarkan. Pendidikan dengan
demikian lebih merupakan transfer pengetahuan (transfer if knowledge) ketimbang pembentukan cara berpikir.
Berpikir ilmiah itu bukan dilakukan
dalam kegiatan akademik saja tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Jika
lulusan perguruan tinggi tidak diangkat jadi dosen atau peneliti, melainkan
pimpinan yang mengambil keputusan, jika dia ditanya: “Bagaimana hubungan antara
daerah resapan dengan intensitas banjir ?” maka tentu saja dia tidak bisa
menjawab “ Ada hubungan antara daerah resapan dengan intensitas banjir”.
Jawaban yang lebih tepat adalah seperti yang tertera dalam hipotesis kita
diatas.
Epistemologi pemecahan masalah
mensyaratkan diajukannya hipotesis yang didukung argumentasi keilmuan secara
nalar. Kelebihan lainnya dari adanya kerangka berpikir ini ialan bahwa dedukasi
hipotesis yang terangkum di dalam nya sudah merupakan konteks justifikasi bagi
penemuan penelitian kita sekiranya hipotesis yang diajukan didukung oleh data.
Dengan demikian setelah hipotesis berhasil diuji kita tidak perlu memberi
justifikasi lagi melainkan secara langsung dapat menyimpulkan sebagai
kesimpulan penelitian.
KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
Ø Deskripsi
teoretis
Ø Kerangka
berpikir
Ø Pengajuan
hipotesis
Uraian
yang sifatnya justifikatif ini kadang disebut pembahasan. Bagi epistemologi
pembahasan masalah maka pembahasan seperti ini tidak perlu dilalukan sebab
sudah terwakili oleh kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis. Pembahasan
yang harus dilakukan secara serius dalam epistemology pemecahan masakan adalah
membahas implikasi atau kegunaan penelitian secara mendalam.
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi
penelitian merupakan kumpulan metode yang dipergunakan dalam proses pengumpulan
dan pengolahan data. Metode-metode yang dipergunakan ini tergantung dari apa
yang ingin dicapai oleh tujuan penelitian. Untuk itu maka pertama sekali kita
harus menyatakan tujuan penelitian. Tujuan penelitian harus mencakup
variable-variabel yang di telaah dalam penelitian serta bentuk hubungan antar
variable yang ingin diteliti.
Berdasarkan tujuan penelitian ini
kita menentukan metode penelitian ini kita menentukan metode penelitian. Sebagaimana tampak dalam bagan terdahulu
terdapat banyak sekali metode penelitian yang dipergunakan sesuai dengan
tujuan penelitian kita.
Tujuan penelitian turun ke lapangan
adalah untuk mengumpulkan data. Untuk tujuan ini maka pertama seklai kita harus
menentukan apa atau siapa sumber data ini. Data curah hujan atau daerah resapan
air, umpamanya, mungkin dapat diperoleh pada lembaga tertentu. Oleh sebab itu
kita tidak memerlukan instrument apa pun untuk memperolehnya kecuali dengan
mendatangi atau mengirimkan surat kepada lembaga tersebut.
Cara-cara penyusunan
instrument dapat dipelajari secara lengkap dalam buku metodologi
penelitian atau buku yang secra khusus
membahas mengenai hal itu. Walaupun demikian penyusunan instrument itu
baru dapat dilakukan kalau kita mempunyai landasan untuk penyusunan instrument
yang secara integral terkait dengan konsep yang kita gunakan dalam pengajuan
masalah dan kajian teoretis. Knsep yang digunakan dalam kajian teoretis dinamakan definisi konseptual sedangkan konsep
yang dipergunakan dalam penyusunan instrument
adalah definisi operasional.
Dalam bab terdahulu kita telah
mendefinisikan konstruk kita mengenai sikap kepada kelestarian lingkungan
sebagai “respons evaluative berdasarkan penelitian kognitif, afektif, dan
konasi terhadap pengelolaan kelestarian lingkungan yang mencakup tataekologi,
jaringan kehipudan, komunitas non-manusia dan komunitas manusia.
Kalau kita telaah lebih lanjut dalam
definisi operasional di atas masih terdapat konsep yang belum peroperasional
yakni konsep “pengelolaan lingkungan”. Untuk itu kita harus kembali kepada
referensi yang otoritatif mengenai pengelolahan lingkungan ini. Merujuk
Peraturan Pemerintah tentang Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 1999 pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang meliputi kebijaksanaan pemanfaatan, penataan, pemeliharaan,
pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan.
Berdasarkan hal ini maka kita dapat
menyusun matriks kisi-kisi instrument umpamanya dengan meletakkan indikator
sikap terhadap kelestarian lingkungan pada sumbu horizontal dan indicator
pengelolaan lingkungan pada sumbu vertikal. Dalam matriks ini aspek kognitif,
afektif dan konasi harus dimasukkan kedalam salah satu sumbu. Sengaja untuk
pembahasan ini di ambil contoh penyusunan instrument yang agak rumit. Hal ini
untuk menunjukkan bahwa dengan konsep yang jelas dan nalar yang baik,
instrument yang bagaimana pun rumitnya akan dapat juga diselesaikan dengan
memenuhi persyaratan keilmuan.
Instrumen ini harus disusun dengan
benar sebab harus lolos dari
pengujian instrument baik berupa “keabsahan” (validity) instrument maupun “keandalan” (reliability) instrument. Instrumen yang valid adalah instrument yang benar-benar mengukur “apa yang harus
diukur” artinya tidak ngawur, sedangkan
instrument yang andal (reliable)
adalah instrument yang memberikan “hasil pengukuran yang konsisten”.
Metode selanjutnya adalah metode
pengambilan contoh. Pada prinsipnya semua pengenbilan contoh untuk generalisasi
memakai teknik statistic harus mempergunakan teknik acak (random). Terdapat berbagai teknik dalam pengambilan contoh yang
bersifat acak ini. Teknik yang paling sederhana adalah teknik acak sederhana (simple random sampling technique).
Teknik yang sangat berguna dalam penelitian ilmu-ilmu sosial adalah cluster random sampling.
Terakhir sekali adalah metode
analisi data. Untuk analisis secara kuantitatif dengan mempergunakan statistika
maka cukup disebutkan teknik analisis statistika maka cukup disebutkan teknik
analisis statistika yang akan dipergunakan. Untuk analisis secara kualitatif
diperlukan secara terinci langkah-langkah yang akan ditempuh untuk sampai
kepada kesimpulan akhir berupa kesimpulan penelitian. Secara garis besar
metode-metode yang harus dicantumkan dalam metodologi penelitian adalah sebagai
berikut :
METODOLOGI PENELITIAN
Ø Tujuan
penelitian
Ø Tempat/waktu
penelitian
Ø Metode
penelitian
Ø Metode
penyusunan instrument
Ø Metode
pengambilan contoh
Ø Metode
analisi data
HASIL PENELITAIN
Hasil penelitian pada dasarnya
adalah data yang telah berhasil kita kumpulkan
dan kita oleh. Terdapat empat jenis kelompok data yakni data mentah yang
terkandung dalam kuesioner, data mentah yang telah diolah dalam bentuk tabel,
data mentah yang telah diolah secara deskriptif dan data merupakan kesimpulan
pengujian hipotesis. Data mentah yang telah diolah dalam bentuk tabel ditaruh
di lampiran. Data curah hujan (x1),
daerah resapan air (x2), sikap kepada kelestarian lingkungan (x3),
dan banjir (y) ditaruh dalam satu tabel.
Bab mengenai hasil penelitian
terdiri dari tiga bagian yakni deskripsi data, pengujian persyaratan analisis
dan pengujian hipotesis. Dalam deskripsi data kita laporkan data
tiap-tiap variable yang telah kita olah mempergunakan teknik statistika deskriptif. Data deskriptif harus di
jelaskan atau ditafsirkan sebeb
keberadaan data tersebut harus merupakan informasi yang berguna dan bukan sekedar
data statistic.
Pengujian
persyaratan analisis ini dilakukan sebagai prasyarat untuk mempergunakan
teknik analisis statistika tertentu. Sebagai contoh teknik analisis statistica
yang biasa kita pergunakan didasarkan pada asumsi bahwa data terdistribusi
secara normal. Dalam penelitian asumsi ini harus kita uji dulu dengan mempergunakan
data yang telah kita perolah.
Pengujian hipotesis melaporkan
apakah hipotesis penelitian yang kita ajukan diterima atau ditolak data.
Seperti juga dengan laporan deskripsi data semua cara dan perhitungan dalam
pengujian hipotesis ini ditaruh dalam lampiran yang letaknya dirujuk melalui
catatan kaki. Dengan demikian laporan hasil penelitian kita akan tampak rapi
namun didukung oleh perhitungan yang
lengkap ditaruh dalam lampiran.
Pada
tahun 1970, umpamanya, Unesco sitem analisis misson melakukan upaya untuk
membantu Indonesia melakukan perencanaan pendidikan dengan menerapkan system
thinking. Kegiatan tersebut yang disertai penataran dalam system thiking yang
diikuti oleh wakil dari berbagi universitas di Indonesia menyababkan
berkembangnya system thinking di berbagai universitas di Indonesia. PPBS
(Planing-Programing-Budgeting System), yang merupakan salah satu teknologi
dalaml system thinking, kemudian diterapkan oleh Direktur jenderal Pendidikan
Tinggi Profesor Makaminan Makagiansar dalam perencanaan pengelolaan pendidikan
tinggi di Indonesia.
Systems Thinking :
Kerangka Ilmu untuk Pendekatan
Multidisipliner
Salah
satu kelemahan dalam acara berfikir ilmiah terlatak pad acara pandang (objek
forma) yang melilhat objek pemikir kita
(objek materia) merupakan fakta yang terisolasi dari fakta-fakta lain
diskitarnya. Kegiatan penelitian mengharuskan kita untuk membatasi masalah agar
proses pemecahannya dapat dilakukan secara lebih terkontrol dan seksama. Cara
pandang keilmuan ini cenderung membentuk cara berfikir yang terbatas dan
bersifat konfergen dalam penambilan kesimpulan. Ilmu merupakan pengetahuan yang
makin lama makin terspesialisasikan dengan pengembangan disiplin keilmuan yang
makin sempit dalam wilayah penelaahnya.
Perbedaan fillosofis antara
Berfikir ilmiah dengan berfikir
system
Bila
kedua cara berfikir itu dibandingkan maka segera terlihat perbedaan filosofis
antara berfikir ilmilah dan berfikir system. Secara ontologis, unsur realitas
dalam berfikir ilmiah adalah fakta sedangkan unsur realitas dalam berfiklir
system adalah system. System diartikan sebagai kumpulan fakta yang terikat satu
dengan yang lain secara fungsional. Berfikir ilmliah bersifat atomistic
sedangkan berfikir system berfikir hollistik atau sistemik.
Secara epistemologis, berfikir
ilmiah maupun berfikir system, kedua-duanya
mempergunakan logika deduktif dan induktif namun berbeda dalam
tujuannya. Berfikir ilmiah menggunakan metode logico-hypothetico-verifikatif dalam
menemukan konsep keilmuan yang dapat mendeskripsika, menjelaskan,
mempresiksikan dan mengontrol gejala alam konsep keilmuan dimaksud untuk
memecahkan masalah secara sectoral umpamanya konsep ekonomi untuk memecahkan
masalah ekonomi dan konsep sosiologi untuk memecahkan masalah kemasyarakatan.
0 Komentar:
Posting Komentar